ELEVEN - Empty Space

7.1K 563 7
                                    

***

Nadine dan Sasha memeluk Renata bergantian. Sekarang ini mereka datang dalam rangka mengantar teman lama mereka itu kebandara Soekarno Hatta.

"Sayang sekali kau hanya sebentar disini,Re. Maaf ya aku baru bisa menemuimu dihari terakhir kau di Jakarta." Nadine melepas pelukannya dari Renata dengan berat hati.

Renata tersenyum pada Nadine. "Dengan kau menyempatkan diri untuk mengantarku saja, aku sudah sangat senang Dine."

Sasha pun bergerak memeluk Renata. "Kalau sudah lulus, langsung pulang ya Re. Jangan terus-terusan di Shanghai."

Renata melepaskan pelukan Sasha dan mengangguk.

"Aku minta dicarikan pria tampan di Shanghai ya",Sasha mengedipkan sebelah matanya.

Renata terkekeh pelan. "Pasti."

"Buat apa minta dicarikan pacar jauh-jauh di Shanghai jika ada pria tampan seperti ini didepan mata?" Frans menarik kedua ujung kerah bajunya dengan gaya sok keren. Sasha mendesis jijik. Sementara Nadine, Renata dan teman-teman lainnya tertawa. Tidak hanya Nadine dan Sasha saja yang ada di bandara untuk mengantar Renata tetapi Marco, Frans, Charlie, Theo beserta pacarnya-Jane pun ada disana.

Marco membentangkan kedua tangannya lebar-lebar didepan Renata. Renata menatapnya dengan dahi berkerut. Mencoba menerka maksud Marco bergaya seperti itu didepan matanya.

"Aku tak kebagian pelukan?" Marco menyeringai penuh arti.

Sebuah jitakan pun mampir dikepala Marco. Marco meringis dan langsung menoleh pada sang pelaku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Charlie.

"Ini efek dia terlalu lama tak laku. Jangan pedulikan dia Re. Semoga sukses untuk skripsinya",ucap Charlie. Marco melancarkan aksi protes pada Charlie, tapi dia diacuhkan begitu saja.

"Ya. Baik-baiklah disana Re. Jangan lupa kembali ke Jakarta", Tambah Theo. Jane ikut mengangguk.

Renata mengangguk. Sekarang sudah waktunya untuk dia pergi, tapi Renata masih seperti ada yang kurang. Dia terlihat seperti sedang menanti seseorang. Ya. Dia menanti kedatangan Alva.

Kemarin Alva bilang dia ingin mengantarkannya kebandara. Tapi sepertinya pria itu berubah pikiran setelah kejadian kemarin malam. Kenyataan dan keputusan yang mengubah segalanya.

"...Biarkan aku yang menggantikan posisinya."

"Alva, aku..."

"Aku mencintaimu, Renata Kosasih."

Kata-kata itu seakan menghinoptis Renata untuk terus menatap mata coklat Alva. Wanita itu dapat merasakan kesungguhan Alva dari matanya. Tapi ada sebagian dari hatinya yang masih ragu akan hal itu. Seorang Alva Luke Dinata yang tampan, sukses, kaya raya, dingin, tegas, sadis dan beraura gelap kini menyatakan cinta padanya. Itu adalah hal yang paling mustahil.

"Mustahil..." Renata tertawa kecil dan memalingkan wajahnya menghindari tatapan Alva yang seakan menembus jantungnya.

Alva menarik kedua pundak wanita itu dan membuatnya menatap matanya.

"Aku serius Re."

"Kau serius?" Renata tertegun.

Alva mengangguk.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa, Va. Aku tidak percaya lagi dengan yang dinamakan cinta setelah apa yang kualami dengan Stefan."

Alva terbelalak. "Aku berbeda dengan pria itu. Tak bisakah kau membuka hatimu untukku?"

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang