***
Sore harinya setelah kelas terakhirnya usai, Alva menyempatkan diri untuk menjemput Renata di kampus tempatnya mengajar. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sempat melihatnya dijemput oleh seorang eksekutif muda berparas tampan pun hanya bisa menatap mereka iri. Sang dosen wanita berparas cantik sementara yang pria luar biasa tampan bagai dewa yunani.
Namun tatapan iri para mahasiswa itu hanya berlangsung sekejap saja karena Renata langsung masuk kedalam mobil Alva dan mobil itu pun berlalu meninggalkan kampus.
Alva yang duduk dibalik kemudi pun melirik tunangannya yang kini sedang menatap lurus jalanan didepannya dengan muka tertekuk.
"Dua hari ini kau terlihat bersemangat. Kenapa hari ini kau terlihat muram?" Tanya Alva perhatian.
Renata hanya melirik sekilas. "Ada mahasiswa yang kelakuannya hampir mirip denganmu."
Alva menoleh dengan tatapan tertarik. "Oh ya? Apa dia tampan?"
"Ayolah. Aku sedang kesal dengan manusia yang tabiat jeleknya mirip denganmu. Suka seenaknya menggunakan kekuasaan, cuek, bermata sadis, dan selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati orang. Tapi sekarang kau menanyakan apa dia tampan atau tidak. Kau benar-benar!" Gerutu Renata jengkel.
Alva terkekeh. "Aku hanya ingin tahu. Tak bisakah kau menjawab pertanyaanku?"
Renata melirik Alva. "Baiklah. Kau tampan sekali. Tapi itu menurutku. Puas?"
Alva tersenyum puas. "Puas! Aku tak butuh pengakuan dari orang lain, yang penting kau menganggapku tampan!"
Renata mencebik geli. "Kau tahu? Kau mengingatkanku dengan Frans yang selalu membanggakan ketampanannya."
"Lalu bagaimana dengan mahasiswamu?"
"Dia sangat menjengkelkan! Aku memakinya dihari ini dan dia balas memakiku sampai membanting pintu kelas. Jelas-jelas dia sudah kurang ajar begitu, tapi aku heran kenapa semua dosen tidak ada yang berani terhadapnya!"
Alva melirik sekilas. "Memangnya kenapa?"
Renata menghela nafas. "Karena dia anak pemilik kampus."
Alva membesarkan matanya dengan dramatis. "Kau memaki anak pemilik kampus disaat semua orang takut padanya? Kau benar-benar wanitaku yang sangar!" Alva mencubit pipi bulat Renata dengan gemas. Membuat Renata memundurkan kepalanya jauh-jauh untuk menghindari cubitan Alva.
"Kau tahu ? Sikapmu itu pada anak itu mengingatkanku saat kau menamparku karena aku mengira kau adalah simpanan om Duta. Hahaha." Alva tertawa dengan terbahak-bahak. "Tak ada yang pernah berani menamparku selain kau, Re. Jadi aku yakin, kau akan bisa menakhlukan anak itu dengan mudah. Mengingat kau sudah berhasil mengambil seluruh hatiku!" Alva tersenyum lagi membuat Renata salah tingkah karenanya.
"Untunglah papa tidak ambil pusing dengan perkataanmu yang seenaknya itu!Dan barusan adalah kalimat paling memalukan yang pernah kudengar! Menakhlukan? Kau kira aku ini pawang macan?"
Lagi-lagi Alva tertawa. Tawa itu, Renata senang sekali melihatnya.
"Kau tenang saja, aku yakin sekali kau akan bisa menakhlukan anak itu! Karena kau memiliki tingkat kegalakan yang sangat langka ,Re!"
Sambil merenggut, Renata memukul pelan lengan Alva. "Kau benar-benar menyebalkan!"
Alva terkekeh, namun sedetik kemudian dia berpaling menghadap Renata dengan tatapan melembut namun ada unsur keseriusan yang tersirat disorot matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLE
RomanceAlva Luke Dinata adalah sosok lelaki idaman yang sempurna. Ia memiliki segalanya baik harta, kekuasaan, dan wajah yang luar biasa tampan. Yang kurang dari dirinya hanya satu, yaitu : "enggan berkomitmen". Ia mengalami trauma aneh yang entah mengapa...