TWENTY FOUR - WILL YOU...?

7.4K 494 41
                                    

***

Setelah sekian lama, akhirnya Alva kembali menginjakkan kaki di LD Group - Perusahaan yang didirikan papanya sejak muda. Dengan santai dan sikap dingin khasnya, Alva melangkah masuk kedalam gedung pencakar langit itu. Kali ini dia harus menghadiri rapat pemegang saham di perusahaan papanya. Tentu saja kali ini Alva tidak sendiri, dia membawa sekretaris barunya - Hanna.

Beberapa wajah lama yang merupakan karyawan dikantor itu menundukkan kepala dengan segan saat melihatnya, dan menyapanya dengan penuh hormat. Alva pun membalas dengan melakukan hal yang sama.

Saat pintu lift terbuka, Alva pun masuk kedalam lift diikuti Hanna. Setelah Hanna menekan tombol lantai 30, mereka pun diam dan menunggu. Didalam lift itu tidak hanya ada mereka berdua, ada juga beberapa karyawan lain disana.

Tepat saat mencapai lantai 15, pintu lift terbuka dan beberapa orang karyawan pun masuk kedalam lift. Namun seorang pria yang baru saja masuk kedalam lift, menatap Alva dengan kaget. Alva membalas menatap pria yang tak lain dan tak bukan adalah Stefan Salim itu tanpa ekspresi. Stefan berdiri tepat disamping Alva. "Kau..." Stefan menunjuk wajah Alva, tapi siempunya muka hanya menatapnya datar tak peduli.

"Kau Alva!" Seru Stefan penuh keyakinan. Hanna yang merasa terusik dengan kelancangan Stefan yang berani menunjuk wajah bossnya pun buka suara.

"Berani sekali kau menunjuk atasanku!"

Alva menoleh pada Hanna dan memberikan isyarat padanya agar diam saja. Hanna pun menurut, sementara Stefan menatap mereka berdua dengan bingung.

Pintu lift terbuka saat mereka tiba dilantai 30. Alva dan sekretarisnya keluar lebih dulu, Stefan pun mengikutinya karena kebetulan dia juga ingin kelantai yang sama.

Saat Stefan hendak berbelok keruang direksi, dilihatnya Alva masuk keruang rapat. Setahunya hari ini perusahaan mengadakan rapat penting dengan para pemegang saham. Tapi untuk apa pria itu masuk kesana?

Seorang asisten manager yang Stefan kenal terlihat menundukkan kepala dengan segan saat berpapasan dengan Alva. Stefan pun mendekat padanya.

"Kau kenal dengan pria itu?" Tanya Stefan sambil menunjuk Alva yang ada didalam ruang rapat dengan dagu.

"Maksudmu Pak Alva?" Tanya asisten manager itu.

Stefan mengangguk.

"Kau tidak tahu siapa dia? Dia putra dari pemilik perusahaan ini. Putranya komisaris perusahaan kita - Pak Lukas Dinata."

"Apa? Kenapa aku baru tahu?" Mata Stefan membesar.

"Hanya orang lama yang mengenalnya. Dulunya dia pernah menjabat disini, tapi setelah dia punya perusahaan sendiri dia fokus menangani perusahaannya."

"Lalu kenapa dia datang lagi kesini?" Tanya Stefan.

"Kenapa dia datang? Tentu saja dia harus menghadiri rapat karena dia pemegang saham terbesar sekaligus putra pemilik perusahaan ini! Stupid question!" Jawab orang itu lalu berlalu.

Stefan mematung ditempatnya.

Dia tahu nama belakang Alva ada unsur 'Dinata'nya, tapi dia tidak menyangka kalau perusahaan ini miliknya.

Sekarang Stefan paham mengapa sekretaris Alva menatapnya dengan tidak suka saat dia menunjuk Alva.

Sekarang dia paham mengapa Renata lebih memilihnya. Pria itu punya segalanya dan dia sempurna.

Sepertinya akan sia - sia jika aku terus berharap kau akan berpaling padaku suatu hari nanti, Re... Karena sepertinya sampai kapan pun aku tidak akan bisa mengalahkannya apalagi untuk merebutmu kembali..



DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang