TWO - Misunderstanding

12.9K 855 21
                                    

***

Saat pundaknya hampir bersentuhan dengan pria dengan setelan jas berwarna hitam yang baru saja melewatinya, Wanita itu menoleh sekilas.

Pria tadi...

Entah mengapa dia merasa pernah melihatnya. Tapi dimana? Wajahnya juga sangat Familiar, mirip sekali dengan seseorang. Tapi setelah melihat ekspresi dingin pria itu, wanita itu buru-buru mengenyahkan pikiran bahwa dia mengenalnya.

Pria itu seperti punya aura yang mengintimidasi. Dan lihat saja matanya! Mana mungkin wanita itu mengenal pria bermata sadis seperti tadi?

Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya dengan penuh percaya diri.

Saat matanya bertemu dengan sosok Dimas, dia langsung melambaikan tangan dengan ceria.

"Siang, Nona Renata", Dimas menjawab lambaian itu dengan sapaan santun.

"Siang, Dim. Papa ada didalam?" Tanyanya akrab. Renata tersenyum akrab pada Dimas. Tak heran, karena dia sudah sering sekali datang ke kantor papanya. Jadi bisa dibilang, Dimas sudah mengenalnya cukup baik.

"Ada. Silahkan masuk", ucapnya mempersilahkan.

Renata pun mengangguk.

"Kau sudah makan siang?" Tanyanya Pada Dimas.

Dimas mengangguk.

Renata mengeledah isi paper bag yang dibawanya lalu mengeluarkan sekotak puding kecil buatannya dan menyerahkannya pada Dimas.

"Kalau begitu, ini untukmu. Dessert setelah makan itu bagus", ucapnya lalu membuka pintu ruangan yang bertuliskan nama papanya dan masuk kedalamnya.

Salah seorang rekan kerja Dimas yang melihatnya memegang puding buatan anak Boss langsung meledeknya.

"Kelihatannya enak, buatku saja. Kau terlihat kenyang", ucapnya sambil berusaha mengambil puding itu. Dimas menjauhkan puding itu dari rekannya dan langsung memakannya.

"Ini enak. Tapi sayang, aku tidak ingin berbagi", ucapnya sambil tertawa menjauh sehingga rekannya tadi hanya bisa menggerutu.

Sementara itu, Renata yang baru masuk kedalam ruangan papanya langsung menghambur kedekapan papanya.

"Papa!" Panggilnya ceria.

"Ya, Re. Papa hampir kelaparan menunggumu datang kesini", Duta Kosasih terkekeh.

Mata Renata membulat.

"Jika papa lapar, papa bisa makan dulu tanpa menungguku. Jakarta itu macet. Aku kesal karenanya!"

Duta menatap anaknya sambil tersenyum teduh. "Jika papa makan, lalu siapa yang akan menghabiskan makanan buatanmu? Kau sudah repot -repot memasaknya untuk papa,bukan?"

Renata tersenyum senang. Papanya bahkan bersedia kelaparan hampir dua jam hanya untuk makan masakannya. Renata memang baru saja tiba dari Shanghai, dan dia akan liburan disini selama 2 bulan kedepan. Jadi selama dia punya kesempatan menetap di Jakarta, dia memutuskan untuk memasak untuk papanya.

Renata membukakan bekal yang dibawanya untuk sang papa.

Hainanese chicken rice with red bit soup dan puding mangga.

"Selalu enak seperti biasa", ucap Duta pada putri sulungnya itu.

Renata tersenyum bangga.

"Sudah kubilang bukan, kalau selama aku di Jakarta aku akan memasak untuk papa setiap harinya. Lagipula mama sibuk di Butik. Lebih baik aku datang kekantor papa bukan?"

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang