TEN - Pengakuan

8.5K 618 34
                                    

***
Eyd, Typo dimana2. Mungkin kurang greget. Authornya lagi stuck idea.

Happy reading...

***

Perih dihati karena dikecewakan Stefan, membuat Renata memutuskan untuk berhenti mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dari pria itu. Sebulan sudah berlalu semenjak pertemuan terakhirnya dengan Tian direstoran dan selama sebulan ini pula dia tidak pernah mau menemui Stefan lagi. Jangankan menemui, mengangkat telepon dari Stefan saja Renata bahkan tidak sudi lagi. Sampai akhirnya Stefan mengirimkan pesan singkat ke ponselnya.

Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku tidak ingin kehilangan kamu...

Renata hanya bisa tersenyum getir saat membaca pesan itu. Dia merasa tak ada lagi yang perlu diperbaiki. Dia sudah memberikan kesempatan pada Stefan untuk yang kesekian kali dan pria itu menyia-nyiakannya lagi. Dia pun bertekad untuk menghapus Stefan dari dalam hati dan pikirannya. Dan sebagai permulaan dalam melupakan Stefan, Renata pun menghapus nomor ponsel Stefan.

Banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu sebulan. Selama sebulan ini, Alvalah yang terus berkeliaran disekitar Renata. Pria itu rajin sekali datang makan siang kekantor papanya dan sesekali sepulang kerja, Pria itu selalu menyempatkan diri untuk berkunjung kerumahnya untuk menemui papanya. Padahal sesungguhnya, itu hanya akal-akalan Alva saja untuk menemui Renata. Tapi Renata terlalu polos untuk menyadari bahwa Alva memang sengaja datang untuk menemuinya.

Perlahan tapi pasti, rasa benci yang dirasakan Renata tidak lagi sebesar sebelumnya. Alva mungkin bersikap dingin, cuek ,datar dan menyebalkan. Tapi semenjak Alva membawanya pergi dari Tian, Renata jadi menyadari sisi lain dari seorang Alva. Alva terkadang bisa tersenyum bahkan kadang dia terlihat lucu dengan sikap dinginnya terhadap Renata. Alva pria yang baik.

Seperti sekarang, Alva lebih memilih menghabiskan jam makan siangnya di kantor advokat. Alasannya? Karena dia tahu Renata ada disana. Sebenarnya kasus Chloe group sudah selesai sejak tiga minggu lalu, tapi Alva tetap mengunjungi Duta saat jam makan siang. Dari sanalah Duta bisa menebak kalau Alva ingin mendekati putrinya. Duta pun menyuruh Renata agar membawakan makan siang untuk Alva juga.

"Ada yang ingin om tanyakan sejak dulu padamu ,nak Alva",ucap Duta saat Renata pergi ke toilet.

"Silahkan saja om",Alva mempersilahkan.

Pria tua itu pun menghentikan kegiatan makannya dan menatap Alva sambil tersenyum. "Apa kau pernah menyangka kalau Renata itu simpanannya om?"

Sontak saja mata Alva membesar dan dia terbatuk batuk.

Duta tertawa melihat kekagetan pria muda dihadapannya. "Dari wajahmu, sepertinya kau memang sempat menyangka om seperti itu."

Alva tersenyum getir. "Saya memang tidak seharusnya berprasangka buruk. Maafkan saya."

"Tidak perlu minta maaf. Kau bukan orang pertama yang menyangka kalau om itu om-om hidung belang. Sudah banyak yang bilang seperti itu tentang om. Tapi yang terpenting om tidak seperti itu. Om tripikal pria yang setia." Duta berkata dengan bangga.

Alva tertawa kecil.

Duta menatap Alva dengan sorot mata serius. "Ada satu hal lagi yang ingin om pastikan. Om harap kau tidak keberatan untuk menjawabnya dengan jujur."

Alva balas menatap Duta dengan tenang. "Tanyakan saja,om. Apa pun itu, pasti akan kujawab."

Duta terkekeh melihat ketenangan pria muda itu. Sesaat setelahnya, dia pun menatap Alva dengan serius. "Apa kau menyukai putriku?"

Alva sedikit tertegun saat ditodong pertanyaan seperti itu dari Duta, tapi sedetik kemudian pria itu tersenyum tenang.

"Tidak." Jawabnya tegas.

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang