Chapter 7.

588 66 2
                                    

"Salam kepada Yang Mulia Raja Kareem. Senang bisa menjumpai anda di hari yang begitu cerah ini." Aku membungkukkan badan dengan lamban sebagai salam kepada raja.

"O-ho, kamu belajar etika dengan baik, nak, tapi kamu tidak perlu bersikap seperti itu jika pertemuan nonformal kita seperti ini," kata Raja, tak hanya penampilannya, dari suaranya saja dia memiliki wibawa, dilain sisi juga dia bersikap seperti ayah yang baik.

Sungguh raja yang sempurna.

"Oh begitu kah? Kalau begitu bolehkah saya memanggil anda Ayah sekarang?" tanyaku bersikap kekanak-kanakan.

Raja tersenyum lembut, dia menatap Wanita disampingnya, Lydia. "Tentu saja nak," jawabnya.

"Baik ayah." Aku memberikan senyum lugu termanis untuk mereka. Walaupun aku sendiri jijik dengan itu.

"Ngomong-ngomong, katanya ada hal yang ingin kamu bicarakan dengan kami, ada apa itu?" tanya Lydia. Meski manis aku tidak menyukainya, dia seperti tokoh yang bermuka dua.

Tapi lupakan saja, aku kesini bukan untuk itu, aku kesini untuk meminta sesuatu kepada Raja.

Raiyen maju dan memberikan selembaran yang telah aku klip, itu merupakan isi dari permintaanku.

Raja menerimanya, dia mulai membaca isi dari selembaran kertas itu dengan seksama.

Permintaan yang aku buat hanya dua, yaitu; 1.) Pembangunan di wilayah perbatasan, dan yang ke 2.) Aku meminta wilayah Berdin diberikan sebagai hadiah ulangtahunku.

Mungkin itu terdengar mustahil, tapi setahuku Raja akan mengabulkan semua permintaan anaknya.

Karena apa? Karena dia sangat menyayangi anak-anaknya.

Setelah dia mungkin selesai membaca semuanya dia menatapku.

"Aku dengar tadi pagi kamu pergi ke wilayah perbatasan."

Aku dapat menduga siapa si Cepu yang memberitahunya. Semua pelayan disini memang berada dibawah tangan raja, tapi yang pasti melaporkan semua kegiatanku adalah maid-maid yang mengurusiku.

"Benar Ayah," jawabku mengiyakannya.

Meski samar dia seperti menghela nafasnya samar. "Aku tahu kamu memiliki niat baik setelah melihat kondisi orang-orang disana, tapi... dengar ini! Tidak semua hal yang terlihat baik itu baik, dan sebaliknya tidak semua hal terlihat buruk itu buruk. Aku tahu kamu belum saatnya memahami, tapi—mungkin suatu saat kamu akan paham apa yang ayah katakan ini," ucap raja menceramahi.

Aku tahu, itu permintaan yang pertama mustahil, terutama karena Berdin adalah wilayah yang sensitif. Mungkin jika kerajaan membangun infrastruktur disana, masalah sengketa akan memanas, dan bisa jadi malah menjadi pematik peperangan.

Tapi bagaimana dengan permintaan yang ke dua? Bukankah itu masih memungkinkan?

"Dan permintaan yang ke-duamu, soal itu..."

"Tunggu ayah, biar aku perjelas," ucapku menghentikan keputusan ayahku. "Aku yakin ayah juga tidak akan menyetujuinya, tapi permintaanku yang kedua ini tidak perlu terburu-buru untuk memutuskannya. Anda bisa mempercayakan tempat itu sampai ayah mempercayaiku," kataku.

Raja berfikir sejenak, dia munngkin mempertimbangkan permintaanku yang kedua ini.

Kerja bagus.

Kerja bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang