Chapter 17.

203 24 0
                                    

Hari sudah semakin larut, kami memutuskan untuk bermalam di dekat Candi. Meski belum dapat dipastikan aman, namun kami bertiga sepakat kalau daerah ini layak dijadikan tempat bermalam.

Setelah mengumpulkan kayu kami mulai menyalakan api unggun. Api ungun menyala, kami pun hendak melakukan hal-hal lain yang diperlukan seperti mendirikan tenda dan memasak.

"Arion, bisa kamu ambilkan air? Aku dan Alz akan mengurus tenda dan makanan." Leoni mengarahkan.

Disambut olehnya anggukan setuju, dia pun mulai melakukan apa yang telah di arahkan oleh Leoni, mengambil air.

Sementara aku dan Leoni mulai mengeluarkan tas berisikan peralatan tenda.

"Hei, Alz, apa kamu penasaran kenapa aku tidak menjawab pertanyaanmu tentang 'perundunganku' di Akademi?"

Saat aku baru saja merangkai tulang tenda dia mengatakan itu, tepat di sampingku(?). Yang membuat aku menoleh kepadanya.

"Ketika aku mendapatkan nilai bagus, aku selalu dimarahi oleh Ayah karena nilaiku. Sedangkan jika kakakku, baik itu kak Alexi maupun Chloe yang mendapatkan nilai bagus, ayah akan memujinya. Kamu tahu kenapa?"

Aku terkejut ketika mendapatkan todongan pertanyaan darinya. Sontak aku berfikir lewat kejadian-kejadian novel tentang Leoni. "Karena ayah tidak menyukai mu?" jawabku tak yakin. Kalau tidak salah seperti itu.

Sayangnya dia menggelengkan kepalanya. "Bukan, tapi karena ayah tidak menyukai istri keduanya."

Artinya tidak menyukai ibunya. Tapi kenapa dia memanggil ibunya dengan 'istri kedua ayah'?

"Sejak kelahiran diriku, kondisi keluarga kami berubah drastis. Kami jatuh miskin, kondisi wilayah yang ayah pimpin kala itu mengalami banyak masalah, sedangkan ayah tak habis dengan skandalnya. Ayah dan kedua istrinya selalu bertengkar setiap malam, salah satunya tentang hak asuh diriku."

Matanya menatap dalam ke masa yang lampau.

Leoni terlahir dari wanita malam, membuatnya memiliki identitas tidak jelas karena orang tuanya itu. Ibu tirinya tidak mau menerima keberadaannya, dia selalu meributkan atas kelahirannya.

"Ketika usiaku menginjak tujuh tahun, ayah dan istri keduanya bercerai, bersamaan itu pula istri keduanya menghilang tanpa jejak. Meski begitu ayah tetap menerimaku dikediamannya."

Semua tanggungan hak asuh diriku sepenuhnya jatuh ke ayah.

"—Namun semenjak kejadian perceraian itu terjadi, semuanya berubah drastis. Keluarga kami jatuh miskin, kami sekeluarga pindah dan menetap di rumah dengan kondisi yang memperihatinkan. Tentu hal itu juga berdampak kepada kelangsungan hidupku."

Disana dia diperlukan tidak adil. Ayahnya sering marah tanpa sebab, Istri pertamanya sering memperlakukannya seperti pembantu, Kakak pertamanya tak pernah menganggap keberadaannya, dan Chloe—saudara kembar Leoni sering merundungnya di Akademi."

"Suatu hari, ketika kak Alexia—kakak pertama tidak sengaja menghancurkan vas bunga kesayangan ayah. Ayah marah kepadaku karena mengira akulah pelakunya."

Dan disana dia dicekik, diseret oleh pria itu sampai kamar mandi lalu menenggelamkan wajahnya di bak air.

"Aku terus berteriak keras, meminta maaf kepadanya, meskipun aku tidak tahu kesalahan apa yang telah aku perbuat saat itu."

Lalu, Leoni dibawa ke gudang dan dia dikunci disana selama berhari-hari tanpa diberi makanan.

"Hal yang sama juga pernah terjadi. Ketika itu Chloe tak sengaja menjatuhkan piring dan pecah. Ketika ditanya siapa pelakunya, Chloe menyalahkanku. Ayah marah besar, dia mencekikku sampai aku tak bisa bernafas, lalu dia menenggelamkan wajahku di bak air seperti saat itu."

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang