(Volume 2) Epilog.

35 5 0
                                    

"Jadi, dia membangun infrastruktur untuk menarik faksi pendukungnya, ya."

Di kantor tempat kerja Raja, sosok berjubah hitam mendatanginya dan mulai menjelaskan semua yang sudah ia amati selama ini terhadap Alz.

"Benar, selain itu ia bahkan bekerjasama dengan bangsawan—seperti Countess Aleiya dan Baron Beleric— juga teknokrat dari Kekaisaran untuk mendukung pengakuan kerjasama bersama antara kedua belah pihak," orang itu menjelaskan sambil berlutut di bawah sang Raja.

"Kau punya bukti atas argumentasimu itu?" Bukan heran, hanya saja bagaimana bisa anak bungsunya itu dengan mudah membuat kerjasama dengan Kekaisaran, sementara anak itu selama ini hanya berada di Akademi.

Orang itu menyerahkan amplop kuning ukuran kertas A4. Setelah ia menunjukannya kepada Raja, pria itu mengambilnya dan mengeluarkan isi yang ada di dalam.

Betapa terkejutnya dengan Raja ketika ia dapat melihat piagam perjanjian damai antara Kekaisaran dengan Kerajaannya yang ia pimpin itu.

Bukti keaslian piagam itu mudah di ketahui karena terdapat stempel Kaisar resmi yang khas yang ada di pojok kiri bawah piagam. Di samping kanannya adalah stempel khas pangeran resmi Kerajaan Kareem, tidak lain itu milik Alz.

Selain itu Raja juga dapat menemukan dokumen penting lainnya yang berisi perjanjian dengan Kekaisaran.

"Saya berhasil menyalin piagam itu sebelum masuk ke wilayah, untuk yang ada di Yang Mulia Alz hanya tiruan," jelas orang itu.

Raja hanya bisa mengernyitkan keningnya saking terkejutnya dengan tingkah anak bungsunya itu diluar nalar.

Heran namun itu adalah Alz. Anak itu bukan hanya sekedar anak yang masih berkembang, namun ia adalah anak emas yang tidak terduga.

Dia masih ingat sekali kejadian beberapa tahun lalu dimana Alz memintanya memberikan wilayah Berdin untuk anak itu kuasai.

Awalnya ia berfikir kalau anak itu hanya anak yang sedang merasa empati kepada rakyat jelata diluar sana. Namun siapa sangka ketika ia pulang, anak itu membawa anak kecil dari wilayah perbatasan dan ingin merekrut dia menjadi swordman pribadi.

Anak itu benar-benar berbakat, hanya butuh setengah tahun kemampuannya sudah setara prajurit kerajaan.

Awalnya Raja hanya berfikir itu hanya keberuntungan. Namun, setelah ia pikirkan lagi bagaimana biasa Alz menemukan bakat seseorang hanya dalam waktu sesingkat itu?

Bahkan untuk anak berbakatpun perlu pemantauan secara langsung untuk bisa tahu apakah benar orang itu memiliki bakat. Tapi Alz kecil hanya butuh waktu sesingkat itu untuk menemukannya.

Mulai dari sana Raja merasa kalau Alz berbeda dengan anak-anak yang lain seusianya, dia berbeda dengan kakak-kakaknya, dia lebih mirip dengannya, dia spesial.

Raja tersenyum setelah mengusaikan monolognya itu. "Kau memang licik, anakku."

꧁ঔৣ☬𝐊𝐞𝐝𝐢𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢☬ঔৣ꧂

"Pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan? Apa kau serius? Siapa orang bodoh yang mau membangun di sana?"

Sosok pria muda berambut hitam pekat dan mata merah terkejut setelah baru saja ia mendapatkan laporan kalau ada pembangunan infrastruktur di wilayah Berdin.

"Wilayah itu hanya bekas tambang, gersang, hanya ada bekas limbang penambangan saja, kenapa Raja tertarik membangun ke tempat itu? Apa beliau sedang mabuk saat memberi perintah itu?" ungkap sarkas pria itu.

"Mohon ampun sebelumnya, Tuan, tapi yang memerintah membangun bukanlah Raja, melainkan Yang Mulia Pangeran ke-3 Alz," ucap pria yang berdiri di pojok belakang mengoreksi.

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang