Semua baik-baik saja. Arlo, mentor dari Arion berhasil tertolong, meski begitu dia tidak bisa melanjutkan perjalanan. Hal ini membuat tim Arion harus mengundurkan diri dari tes.
"Maaf telah merepotkan kalian, dan juga saya ucapkan banyak terimakasih." Arion membungkukkan badannya sekali lagi kepada kami.
"Emm, sama-sama," jawabku singkat. Aku ingin cepat-cepat menjauh darinya.
"Oh iya, soal tim anda yang mengundurkan diri, bagaimana kalau anda bergabung saja dengan kami?" tawar Leoni yang membuat aku terkejut.
"Hah!?"
"Iya, bukankah lebih bagus jika semakin banyak orang?" ucapnya menyakinkanku.
Aku menoleh sekilah ke Arion sebelum akhirnya aku menarik Leoni ke sudut tempat yang mungkin tidak akan terdengar oleh si Arion.
"Apa yang anda pikirkan?" tanyaku kesal.
"Mengajaknya. Apa itu salah?" tanya balik Leoni.
Aku memutarkan bola mata ke samping, dapat terlihat dari ujung mataku dia sedang duduk manis menunggu keputusan dari kami.
"Kamu tidak menyukainya?" tanya Leoni.
Bukan hanya tidak menyukainya, aku tidak suka jika dia dekat denganku. Bagiku dia seperti polusi udara Jakarta, beracun.
"Aku tahu, hubungan kekeluargaan kalian cukup rentan. Namun, apa salahnya juga jika kita satu tim?" ucapnya. Kemudian dia melanjutkan setelah menepuk pundak ku dan berbisik. "Aku bukan ingin mengikutcampuri urusan kerajaan kalian, namun bukankah hal yang bagus jika kita bisa berteman dan menjadikannya sekutu?"
Tidak, sama sekali tidak mau. Aku tidak mau berteman dengan orang yang dimasa depan akan menghancurkan kerajaanku, bahkan sampai membunuhku. Kecuali dia berubah menjadi orang yang baik.
Tunggu.
Ting!!!
Bukankah aku bisa melakukannya? Dengan menjadikannya teman, sekutu, lalu suatu saat nanti jika terjadi krisis kami secara otomatis akan menjalin diplomasi antar kerajaan. Dengan begitu bukankah takdirnya yang akan menghancurkan hidupku jadi berubah?
Jika takdir akan tetap sama, bukankah aku masih punya Itharva yang siap menuruti perintahku. Aku akan langsung memerintahkannya untuk membunuhnya.
"Kurasa bukan ude yang buruk juga," gumamku menatap laki-laki itu sambil memikirkan keuntungan jika berteman dengannya. "Baiklah."
Kami pun merekrut Arion sebagai rekan tim. Pihak panitia juga sudah menyetujuinya. Sekarang tindakan yang akan aku lakukan adalah bagaimana memanfaatkanya, menghindari akhir pembunuhan itu, dan siapa tahu ini membuat perang Aksa tidak pernah terjadi.
Bermenit-menit berlalu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Sebelum itu kami diberitahu misi yang perlu kami selesaikan dalam tujuh hari mendatang.
[Misi : Kumpulkan batu mana sebanyak-banyaknya.]
Menyusuri jalan setapak tanpa ujung, dikelilingi oleh hutan jati sampai bambu yang memiliki suasana lengkingan khas. Keluar-keluar kami tiba di sebuah tempat bebatuan berlumut.Tidak. Itu bukanlah tumpukan batu, melainkan bangunan tua terbuat dari batu yang kini sudah diselimuti lumut. Atau orang lain menyebutkan dengan Candi.
"Ini Temple," cetus Arion yang satu-satunya terkagum dengan bangunan yang setengahnya sudah tertelan oleh tanah.
Kami memutuskan untuk melihatnya lebih dekat, terlebih kami juga penasaran dengan arsitektur dari candi tersebut. Bangunan yang-sepertinya tidak pernah terjamah oleh siapapun terdapat lubang yang ternyata adalah pintu masuk candi, aku mengetahuinya setelah aku memasuki lubang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedirajaan Abadi
FantasyBagaimana bisa seorang pemuda 18 tahun yang telah menghabiskan sisa hidupnya dikurung dalam rumah sakit malah mati dibunuh, lalu bereinkarnasi menjadi seorang protagonis novel Fantasi berjudul 'Kedirajaan Abadi'. "Selamat pagi, Yang Mulia!" "Siapa a...