Chapter 20.

173 22 0
                                    


"Ugh..."

Kesadaran ku kembali. Yang pertama kurasakan adalah rasa pening di kepala yang teramat menggila. Meski begitu setidaknya aku masih cukup mampu untuk bangkit.

Mataku perlahan terbuka, memutarkan bola mata dari ujung ke ujung untuk memastikan dimana aku sekarang.

Hutan.

Ya, setidaknya aku masih berada di dalam hutan. Itu artinya aku tidak terhempas terlalu jauh.

"Kamu sudah bangun?"

Suaranya tidak asing, aku menoleh untuk memastikannya. Benar, dia adalah pria berambut hitam mata merah setan—Arion Sai Bahr, pangeran tunggal kerajaan Bahr.

Aku sontak melihat tangan kiriku yang masih memegangi kepala, terdapat perban yang baru saja dibuat diantara pergelangan. Tidak lain ini pasti ulahnya.

"Kamu mengalami pendarahan, beruntung kita membawa P3K, jadi pendarahan bisa teratasi," jelas Arion, dia menunjuk kotak P3K dan tas ransel kami tergeletak tidak jauh.

Aku masih memandangi tanganku yang diperban begitu sempurna, ternyata dia cukup cekatan dalam hal seperti ini.

Dalam novel, diceritakan kalau Arion adalah orang yang perfeksionis, apa yang dia lakukan harus diselesaikan dengan sempurna. Hal inipun berdampak pada perangnya delapan tahun mendatang.

Setelah kematian Alz sebagai raja dari Kerajaan Kareem, akibatnya kerajaan menjadi tergoncang. Semakin tergoncang lagi ketika ternyata keluarga Kerajaan yang lainnya juga ikut dibantai habis, termasuk mereka yang memiliki loyalitas terhadap keluarga Kerajaan.

Dan puncak dari keterpurukannya baru saja dimulai. Dua hari setelah kematian Alz, ditengah kota pada tengah hari semua orang dibantai habis oleh tentara artileri Kerajaan Bahr tanpa tersisa satupun.

Bahkan sebelum mereka menghabiskan sebagian dari masyarakat, Arion sempat berpidato bahwa... "Kerajaan Kareem akan sepenuhnya dihabisi. Kerajaan Kareem akan sepenuh habis oleh tentara Bahr."

Kalian tahu ilustrasi dari novel di akhir volume?

Benar, kumpulan tengkorak manusia di sebuah lapangan yang begitu luas.

Tapi sekarang apa yang dia lakukan kepadaku. Dia menolongku?

"Ini." Arion memberikanku sesuatu setelah dia mengorek-ngorek P3K, itu adalah sebuah tablet, "obat ini dapat meredakan pening di kepala," jelasnya.

Aku menerimanya tanpa ada keraguan. Setelah aku menelannya ternyata obat itu sangat amat benar-benar pahit.

"Pahit sekali..."

"Obatnya memang sangat pahit, tapi itu sangat manjur."

Tapi benar, setelah aku meminumnya rasa pening ku berkurang. "Hebat sekali," desis ku heran. Setahuku obat seperti ini belum ditemukan di kehidupanku yang pertama.

"Kamu sudah lebih baik?" tanya Arion.

Dan aku mengangguk. Meski ada rasa pening, tapi itu tidak begitu parah. Bahkan rasa sakit yang aku rasakan di lengan juga sekarang  jadi lebih baik.

"Baiklah kalau kamu sudah lebih baik, karena sekarang ada yang harus aku beritahukan kepadamu," ucapnya, "kita tersesat."

"....—"

He? Ter-sesat, katanya?

Aku menoleh ke arah Arion, berikutnya mengedarkan pandanganku ke sekitar, asing. Aku baru menyadari ternyata tempat ini berbeda dari tempat kami berdua berbicara empat mata.

Aku? Tersesat? Berdua... Dengan dia?

"He!!!!!!"

꧁ঔৣ☬𝐊𝐞𝐝𝐢𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢☬ঔৣ꧂

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang