(Volume 2) Chapter 5.

46 7 0
                                    

Kereta kembali berjalan. Aku, Anastasia, Itharva, dan yang lainnya melanjutkan perjalanan menuju ke kediaman Leoni.

"Tunggu, aku lupa untuk membuat surat resmi untuk berkunjung ke sana."

Berjam-jam berlalu dan sekarang aku baru melupakan satu hal yang paling penting, yaitu membuat surat kunjungan kepada Baron Beleric. Sial, bisa-bisanya aku lupa selama ini.

"Tenang saja, aku sudah melakukannya," jawab Anastasia.

Aku mendongak tak percaya. "Benarkah?"

"Sebelum kita berangkat aku sudah mengirim surat ke Baron Beleric bahwa Komite Akademi akan berkunjung ke sana."

Aku lega mendengarnya, ternyata cewek di hadapanku ini cukup bisa diandalkan. Meski penampilannya itu loli ternyata dia berjiwa onee-san.

Setelah melewati jalan selama berjam-jam, akhirnya kereta sampai di depan kediaman Baron Beleric. Kami pun berhenti di sana.

Aku turun, tidak lupa aku menuntun Anastasia untu turun. Ini kebudayaan kami, dimana pria wajib untuk menuntun gadis untuk turun dari kereta, itu seperti sebuah keharusan.

Setelah kami turun, aku kira akan ada yang menyambut kami, ternyata hal itu tidak berlaku disini.

Setelah kami mengetuk pintu beberapa kali, pintu dibuka dan disana kami disambut oleh seorang pria paruh baya dan wanita yang usianya mungkin hampir tiga puluh(?).

"Saya ucapkan selamat datang kepada tamu kehormatan kami ini." Pria itu mengatakan, kemudian kedua orang pemilik kediaman ini membungkukkan badannya ke arah kami.

Kami dituntun ke ruang tamu. Tidak ada pelayan yang menyuguhkan sesuatu, namun Pria itu sendiri yang membawakan satu-persatu camilan dan teh hangat sebagai jamuan.

"Silahkan dinikmati."

Aku mengangguk, sambil dalam hati aku mengatakan 'betapa miskinnya mereka sampai-sampai tidak memiliki satupun pelayan di rumahnya'. Tentu hal itu aku sembunyikan dalam senyuman kecut.

"Ah- saya sampai lupa memperkenalkan diri." Dia bangkit. "Saya Baron Grease Beleric, dan ini putri pertama saya, Alexia Beleric."

"Saya Anastasia Nata Alkarim, dari akademi," Anastasia memperkenalkan. "Dia junior saya, Alz Aciel Kareem, dia juga adalah anak didik putri anda, Nona Leoni."

'Junior? Aku cuma adik kelasmu tau.' batinku.

Pria itu mengangguk.

Anastasia tampak melihat-lihat ke sekitaran. "Ngomong-ngomong, sebenarnya tujuan kami kemari adalah untuk melihat keadaan Nona Leoni," ungkap Anastasia. "Karena libur telah usai, para murid diharapkan untuk kembali ke Akademi sebelum tanggal yang disepakati bersama. Sesuai dengan aturan tertulis, bahwa murid yang belum hadir sampai hari pertama masuk di semester baru dimulai tanpa keterangan akan dipertanyakan. Karena itu kedatangan kami kemari selaku Komite Akademi adalah untuk mengetahui keadaannya secara langsung atas apa Nona Leoni Beleric belum hadir sampai lusa kemarin di Akademi," panjang lebar Anastasia yang intinya dia ingin tahu kenapa Leoni tidak kembali keAkademi.

"Ah, begitu." Pria itu tampak mengangguk, ada rasa mengganjal pada ekspresinya itu, tapi aku sendiri tidak tahu artinya. "Baiklah kalau begitu, sebentar, ya, saya akan memanggil Leoni untuk turun." Pria itu lalu beranjak dan pergi ke belakang.

Cukup lama dia meninggalkan kami di ruang tamu bertiga dengan. Suasananya begitu sunyi tanpa adanya timbal balik pembicaraan basa-basi diantara kami. Tak ada pembicaraan, semuanya saling diam.

Hingga pada akhirnya, aku bangkit. Semuanya menoleh padaku. "Anu... Boleh saya ke kamar kecil?"

Putri pertama Baron itu mengangguk. "Silahkan. Ada di belakang, anda lurus saja ikuti lorong ini, pasti anda akan menemukannya."

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang