—TPU wilayah kekuasaan Kerajaan Kareem.
Keesokan harinya, Aku bersama Raiyen dan Itharva ziarah ke makam Laulan Godspear. Juga aku sudah menghubungi Lily Godspear—anak mendiang, katanya dia mau menunjukkan lokasi makamnya.
"Ini makam mendiang ayah saya," tunjuk Lily. Meski wajahnya datar, namun tampak dia masih sedih atas kepergian ayahnya itu.
Aku menatap batu nisan kuburan yang masih terbilang baru. Meski tak berdasar, namun aku dapat merasakan aura Laulan Godspear dari kuburan tersebut. Aku memejamkan mata sejenak untuk menstabilkan emosi.
Lily menaruh buket bunga ke atas kuburan, dia juga sempat berkata-kata ke kuburan beberapa hal, seperti kesehariannya, apa yang terjadi selam seminggu ini, dan beberapa hal ringan lain yang biasa orang obrolkan. Dia akhiri dengan berdoa.
"Ini, Yang Mulia." Raiyen menyerahkan buket bunga yang dia bawa. Aku menerimanya.
Aku menatap ke buket bunga yang aku genggam sambil berfikir apakah dengan bunga ini aku dapat berinteraksi dengan almarhum? Tapi aku segera tepiskan hal itu sebelum akhirnya aku menaruh bunga itu di atas kuburan. "Aku tidak tahu ini tersampaikan atau tidak, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku menyesal telah menyembuhkan penyakitmu—jika seandainya itu adalah penyebab mengamuknya."
Setelah selesai berdoa, kami memutuskan untuk pulang.
"Saya sangat berterimakasih kepada anda, Yang Mulia karena sudah menyempatkan diri untuk ziarah ke makam ayah saya. Saya sangat terhormat," ungkap Lily. Semenjak dirinya tahu kalau aku adalah keluarga Kerajaan, sikapnya berubah menjadi begitu resmi kepadaku.
"A-a, kebetulan aku sedang berada di kerajaan saat ini, jadi kurasa apa salahnya jika aku ziarah sebentar," jawabku.
Kami terus berjalan menyusuri setapak yang becek, sempit dan memiliki sensasi yang mencekam kuburan.
Tak beberapa langkah berjalan, tampak dari kejauhan seorang pria dan wanita baru saja memasuki wilayah makam.
Seorang wanita yang mengenakan gaun pesta berwarna hitam, serta matanya yang berwarna merah Ruby dan lekuk tajam dari matanya. Aku berfikir dia adalah seorang bangsawan.
Dan aku rasa dia punya peran di Novel.
Maksudku, apakah wanita secantik itu hanya seorang figuran?
Kurasa tidak.
Kami tetap berjalan tanpa mempedulikan keberadaan dua orang itu, namun hingga setelah kami berpapasan satu sama lain, aku merasakan sesuatu yang aneh.
Deg!
"Akkhhh...!" Jantungku tiba-tiba terasa sakit, seolah-olah sedang ditusuk oleh ribuan jarum dari setiap sudut.
"Yang Mulia, anda baik-baik saja?" tanya khawatir Raiyen.
Aku diam sejenak hingga akhirnya merasa lebih baik. "Aku baik-baik saja," dan bangkit. "Ayo." Kami lalu melanjutkan perjalanan.
"Tunggu." Wanita itu buka suara. Aku menoleh.
Dalam sekejap kilasan kehidupan muncul di benakku dengan cepat. Semua berulang-ulang dan diakhiri kematianku yang akan terjadi delapan tahun ke depan.
Hingga pada satu ketika aku melihat seorang wanita berdiri didepanku dan tersenyum.
Tunggu, dia mirip dengan wanita yang sekarang.
"Elia, bukankah aku telah membuktikannya?" Suara Arion setelah membunuhku.
Wanita itu tersenyum. "Kerja bagus."
"Elia...?" Nama itu muncul di benakku. Berarti wanita yang aku temui saat ini adalah....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedirajaan Abadi
FantasyBagaimana bisa seorang pemuda 18 tahun yang telah menghabiskan sisa hidupnya dikurung dalam rumah sakit malah mati dibunuh, lalu bereinkarnasi menjadi seorang protagonis novel Fantasi berjudul 'Kedirajaan Abadi'. "Selamat pagi, Yang Mulia!" "Siapa a...