Chapter 22.

151 14 0
                                    

—TPU, wilayah kekuasaan Kerajaan Kareem.

Dua hari lalu.

Elia dengan gaun pesta berwarna hitam berjalan di tengah-tengah banyaknya gundukan tanah dengan santai sendirian. Di lengannya terdapat buket bunga yang entah untuk apa dia bawa.

Suasana yang sunyi, dingin, dan mencekam merupakan rasa yang seharusnya orang lain rasakan, namun karena ini Elia hal itu tidak berlaku untuknya.

Setelah berjalan beberapa beberapa menit akhirnya diapun sampai di tempat yang ia tuju, makam yang masih terbilang baru terbuat. Dari batu nisan tertulis nama 「non-Hero. Laulan Godspear....」

Elia menaruh bunga itu diatasnya. Dia tidak melakukan acara sakral seperti berdoa atau melakukan apa-apa, melainkan dia hanya memandangi batu nisan itu tanpa rasa. Sedih, senang, marah, bahagia, atau apalah emosi lain tidak berlaku untuknya saat ini.

"Sesudah kau merusak jalan cerita, kau ingin membunuh para Reinkarnator untuk kepentinganmu?"

"Lama tidak berjumpa, Deneb." Elia tersenyum dan berbalik badan. "Kapan terakhir kita bertemu? Dua? Atau Tiga tahun lalu?"

Tampak seorang pria dengan juga hitam, bertudung gelap dan suara serak khas, merupakan pria yang pernah dia temui sebelumnya—Deneb.

"Dunia ini adalah taman hiburan-Nya, dan kalian hanyalah para anjing penjaga taman ini," kecam Deneb.

"Maka aku akan mengencingi taman itu."

"Kamu yakin?"

"___...." Elia menatapnya dengan datar namun memiliki arti yang dalam.

Sring!!

Dari belakang pria berjubah hitam dan aksen emas itu, muncul pria baru dengan rambut merah—Keith.

"Lama tidak berjumpa, Pak Tua." Keith sarkas.

Namun tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja Deneb hilang dari pandangan dan muncul dibelakangnya dengan pedang miliknya sudah menempel dileher Keith.

"Aku tidak punya urusan dengan anjing peliharaan." Balik Deneb sarkas kepada pria berambut merah itu.

Dia lalu menengok ke arah Elia yang kini wanita itu sedang bersiap untuk bertarung dengannya.

Wuss!!

Satu pukulan jab berhasil meluncur ke arah Deneb, namun dengan pria itu dia mudah menghindarinya.

Tak!

Jentikan jari dari Deneb membuat Elia tidak bisa bergerak. Tempat mereka berada berubah, dari yang asalnya kuburan, menjadi lapangan luas.

"Aku tidak suka bertarung dengan makhluk dunia, terlebih dia spesial," ucap Deneb namun dia tampak mengambil posisi, "tapi kalau itu harus maka aku akan melakukannya."

Tak!

Jentikan jari berbunyi, Elia kembali bisa bergerak. Langsung saja wanita itu mengeluarkan senjatanya—sabit hitam yang terulur ke arahnya hingga mengakibatkan tebasan kuat.

Sedangkan Deneb berdiri tanpa perubahan posisi sedikitpun, sampai sabit dekat dengannya sabit itu malah terpental.

"Sihir Barier? Kukira seorang ras tinggi tidak memakainya," hina Elia.

"Memang tidak." Deneb melesat ke arahnya, sontak hal itu membuat Elia terkejut.

Dia mengambil sabitnya cepat untuk menghindari kematian dengan menahan serangan pria itu oleh sabit.

Berhasil, namun karena kuatnya serangan Deneb,  tanah yang ia pijaki hancur dalam sekejap. Beruntung Keith langsung menyerang pria itu.

"Nona Elia anda baik-baik saja—

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang