Chapter 24.

127 13 0
                                    

—Temple.

Elia berjalan di lorong gelap yang dindingnya terbuat dari batu. Wajahnya begitu kesal, dia terus-terusan mengumpat kasar dalam hati.

"Nona... Apakah anda yakin?" Ucap Keith resah.

Mereka sampai di ruangan yang luas. Dinding yang terukir rumit namun cantik, seolah pembuat ingin menyampaikan sesuatu.

Elia mengangkat tangannya ke atas. Bola hitam terbuat lalu tak lama berubah menjadi sabit. "Bagaimana denganmu, apakah kamu yakin ingin terus seperti hidup ini?" Balik tanya Elia.

Keith melonjak. "Aku hanya merasa... Ini terlalu berlebihan....," pelan Keith.

"Berlebihan?" Elia mendengus. "Bagaimana dengan mereka yang dengan seenaknya mempermainkan kita?" ucap Elia.

Kemudian dia melanjutkan. "Jika 'dia' mengatakan dunia ini adalah taman bermainnya dan kita adalah anjing peliharaan. Maka aku akan mengencingi taman bermain itu."

Elia lalu mengangkat sabitnya tinggi, lalu menjatuhkan keras ke tanah, sampai membuat retakan besar di tempat itu. Tak lama dari itu tempat disana bergetar keras, seolah tempat itu akan hancur.

Elia tersenyum puas. "Candi? Kuil? Katedral? Mana lagi yang harus aku hancurkan agar orang-orang berhenti memujamu?"

Elia pergi, diikuti oleh Keith dari belakangnya dengan resah.

꧁ঔৣ☬𝐊𝐞𝐝𝐢𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢☬ঔৣ꧂

Bunyi kicauan burung menyadarkan Alz dari tidurnya. Ia membuka matanya, tempat dirinya berada kini sudah berubah. Bukan di gua lagi, melainkan di ruangan putih yang sunyi.

Alz bangun untuk duduk. Dia mengedarkan pandangannya, disana terdapat Leoni dan Arion masih terbaring di ranjang belum sadarkan diri.

Tak lama setelahnya, pintu bergeser. Seseorang masuk kedalam. Alz mengenalnya, dia ada Hans Danielo, ketua komite Akademi.

Dia tampak lega kala melihat salah satu dari mereka sudah bangun. Dia tersenyum kepada Alz. "Syukurlah anda sudah siuman," ucapnya.

Dia membungkukkan badan ala bangsawan sebagai salam. Sedangkan Alz membalasnya dengan anggukan singkat.

Daripada mementingkan dirinya berada Alz lebih penasaran dengan apa yang terjadi setelah mereka kehilangan kesadarannya.

"Apa yang terjadi setelah itu?" tanya Alz penasaran. Dia tahu Hans terlibat dengan ini.

"Setelah tragedi ujian itu, semua orang dievakuasi langsung. Beberapa dari mereka menghilang..." Hans menjelaskan dengan sedetail mungkin.

Intinya, setelah tragedi itu menimpa para peserta yang menghilang segera dicari. Setelah satu persatu peserta ditemukan dan dievakuasi, hanya kelompok Alz saja yang belum ditemukan.

Duta besar dari Teokrasi Utara—Eno Rhietla sampai turun tangan. Dengan bantuan beliau akhirnya kelompok Alz dapat ditemukan.

"Sarang Goblin tempat kalian ditemukan dihanguskan. Itu merupakan kebijakan dari Tn. Rhietla itu sendiri." Hans diakhir penjelasannya.

Alz mengguk paham. Dirinya dapat membayangkan apa yang terjadi, meski tidak melihatnya secara langsung.

Hans membukukan badannya 180 derajat, termasuk orang-orang yang berada dibelakangnya. "Atas semuanya yang telah tejadi, kami sekalian ingin menyampaikan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya."

Alz menatap mereka. Untuk dua hal mereka melakukan hal yang sangat merendahkan martabat mereka. Pertama, mereka tulus meminta maaf. Kedua, mereka tidak ingin citra akademi buruk karena tragedi ini.

Kedirajaan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang