Ini adalah rencanaku berikutnya, yaitu menghasut Baron Beleric agar mau menjadi sekutuku.
Setelah Anastasia mengurus semuanya, aku berbincang sesaat dengannya membicarakan mengenai hukuman apa yang cocok dijatuhkan kepada Baron Beleric.
"Hukuman? Aku tidak yakin, tapi biasanya yang seperti ini hukumnya mati," jawab Anastasia.
Mendengar itu aku terkejut. Jadi aku langsung mencoba membujuk Anastasia untuk meng-alotkan laporannya ini kepada Pihak Atas.
Setelah membujuknya cukup susah, akhirnya dia setuju.
"Kumohon, ada yang ingin aku sampaikan kepada Baron Beleric," pintaku dengan memelas, membujuknya dengan sepenuh hati agar dirinya mau.
"Hmm... Baiklah, tapi hanya akan bertahan satu hari, besok aku akan melaporkannya kepada pihak atas."
Sebenarnya tidak cukup sehari, tapi mau bagaimana lagi. "Baiklah." Mau tidak mau aku harus setuju.
Tok! Tok! Tok!
Tanpa mempersilahkan masuk, aku langsung masuk kedalam ruangan 3×3 itu yang sebelumnya dipakai sebagai tempat interogasi Anastasia.
Tampak Baron Beleric dan anak sulungnya, Alexia termenung dengan tatapan kosong ke atas, mungkin sedang memikirkan nasibnya yang sudah hancur ini.
Aku melangkah menghampiri dua orang itu dan duduk berhadapan dengan mereka. Baron Beleric sempat menatapku dengan ngeh lalu kembali termenung.
"Ehem!" Aku pura-pura berdehem. "Jadi, apa kabarmu, Baron Beleric?" tanyaku basa-basi dulu. Dia tidak menyahut.
Kemudian aku mengatakan hal lain, lebih tepatnya pada inti kenapa diriku datang kesini. "Maksudku datang kesini memberimu penawaran."
"Penawaran?" Dia mengulang kataku.
"Ya, penawaran. Apa yang bisa aku tawarkan untukmu?" Aku menyimpan telapak tangan dibawah dagu. "Perlindungan, makan, atau bahkan aku bisa membersihkan namamu."
Dia yang sebelumnya tampak malas menanggapi sontak menoleh padaku tertarik. "Benarkah? Anda bisa membersihkan nama baikku?"
Aku mengangguk. "Aku tahu ini jebakan dari seseorang, bisa jadi dari musuhmu, agar dirimu ditangkap."
"Anda percaya saya tidak bersalah?"
Aku mengangguk. "Saya percaya."
Seolah dia mendapatkan cahaya ilahi mendengar ucapanku. Wajar, karena akulah satu-satunya yang mempercayainya kalau dia tidak bersalah.
"Karena itu saya hendak membantu membersihkan nama anda," ucapku.
Dia tampak ingin menangis mendengar apa yang aku ucapkan, namun dia tahu kalau belum saatnya dia senang mendengar kata manis itu. "Tapi bagaimana?"
"Saya seorang pangeran, dan saya akan menggunakan nama itu untuk membantu anda membersihkan nama baik anda," jelas ku.
Dia terharu menatapku. "Terimakasih. Apa yang harus saya balas untuk anda?"
"Jadilah sekutuku, lalu bantu aku untuk membangun sebuah desa kecil di perbatasan."
Aku mengulurkan tangan kepadanya, dia menjabat tanganku dengan antusias. Semakin banyak lagi sekutu di pihak ku, artinya aku sudah semakin jauh dari akhir tragis tujuh tahun mendatang.
꧁ঔৣ☬𝐊𝐞𝐝𝐢𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢☬ঔৣ꧂
Kala itu, baru beberapa hari Raiyen menyelesaikan tugas rahasia dari Alz, kembali sibuk dengan urusan pembangunan. Proyek dihentikan untuk sementara, meski begitu bukan berarti dia tidak akan sibuk lagi. Masih ada hal lain yang bersangkutan harus dia urus sendiri. Malahan, urusannya semakin banyak setelah dia menghentikan proyek untuk sementara waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedirajaan Abadi
FantasiBagaimana bisa seorang pemuda 18 tahun yang telah menghabiskan sisa hidupnya dikurung dalam rumah sakit malah mati dibunuh, lalu bereinkarnasi menjadi seorang protagonis novel Fantasi berjudul 'Kedirajaan Abadi'. "Selamat pagi, Yang Mulia!" "Siapa a...