💐

775 24 8
                                    

Requested by bearspring207

.

.

.

.

Seonghwa menatap Jongho dengan serius, dan atmosfer di ruangan seakan menjadi tegang.

“Hoho, duduk,” pinta Seonghwa, menunjuk ke kursi di ruang tengah.

Jongho dengan langkah berat duduk di kursi, wajahnya mencerminkan rasa cemas.

“Mama ga suka ngebentak-bentak gini, tapi ini penting. Nilai kamu kenapa selalu turun?” tanya Seonghwa, mencoba menekankan urgensi perbincangan ini.

Jongho terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. “Ma, ini ujian susah banget, jadi aku butuh waktu ekstra buat belajar,” jawabnya dengan nada memelas.

“Gada alesan buat nilai turun. Kamu harus belajar lebih giat. Pendidikan itu penting. Mama ga mau kamu kesusahan nanti.”

Jongho merasa tertekan, tapi ia tahu bahwa ibunya hanya ingin yang terbaik baginya.

Seonghwa melanjutkan, “Kamu harus ngerti tanggung jawab kamu sebagai anak. Jangan cuma terpaku ke game. Mama mau kamu sukses, punya masa depan cerah.”

Jongho menatap ibunya dengan mata penuh pertanyaan.

“Mama ga mau marah-marah, tapi kadang mama perlu ngingetin dengan keras biar kamu sadar. Kamu bisa lebih baik dari ini. Ayo, jangan sia-siain kesempatan kamu.”

Jongho menelan ludah, mencoba menahan rasa tertekan dan menangis. “Ma, maafin aku. Aku bakal lebih giat belajar,” ucapnya dengan suara lirih.

Seonghwa memeluk Jongho. “Oke, mama percaya kamu bisa. Jangan lupain tanggung jawab kamu, ya?”

Jongho mengangguk, merasa diingatkan dan didukung oleh ibunya.

Meski Seonghwa terlihat galak, namun di balik itu semua, cintanya untuk Jongho tetap tak tergantikan.

.

.

.

Seonghwa, yang biasanya galak, tiba-tiba gugup ketika bertemu Hongjoong, PNS kecamatan yang menarik hatinya.

Ia berusaha menyembunyikan perasaannya, namun tidak bisa menahan senyum malu-malu ketika Hongjoong berbicara.

“Halo, pak Seonghwa. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Hongjoong ramah.

Seonghwa berusaha tetap serius, tapi wajahnya memerah. “Eh, iya. Saya cuma mau tanya tentang administrasi surat izin usaha,” jawabnya, berusaha menutupi kegugupan.

Hongjoong tersenyum. “Oh, tentu saja. Mari kita bicarakan di ruang kerja saya.”

Saat berjalan menuju ruangan Hongjoong, Seonghwa berusaha menenangkan diri, tapi hatinya berdebar kencang.

Kenapa aku jadi kikuk gini?

Di ruang kerja Hongjoong, Seonghwa mencoba berbicara sebaik mungkin, tapi matanya terus tak bisa lepas dari pesona Hongjoong. “Terima kasih atas bantuannya, pak Hongjoong. Saya akan segera menyelesaikan berkas-berkas ini,” ucapnya, berusaha membuat wajahnya tetap serius.

Hongjoong tersenyum. “Tidak masalah, pak. Kalau ada yang perlu ditanyakan lagi, jangan ragu untuk datang.”

Seonghwa mengangguk cepat dan keluar dari ruangan, namun di hatinya, ia merasa campur aduk antara senang dan gugup karena pertemuan tadi.

Exquisite Episode • All × SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang