Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah dua sahabat, Yunho dan Seonghwa.
Keduanya telah saling mengenal sejak kecil dan selalu berbagi segala hal—kebahagiaan, kesedihan, rahasia, dan impian.
Namun, akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berubah. Yunho mulai menjauhi Seonghwa tanpa alasan yang jelas, membuat Seonghwa bingung dan terluka.
Setiap kali Seonghwa mencoba mendekat, Yunho selalu memiliki alasan untuk pergi. Yunho, yang biasanya hangat dan terbuka, kini tampak dingin dan tertutup. Seonghwa tidak mengerti apa yang terjadi dan ini membuat hatinya terasa hancur.
Di sisi lain, Yunho sangat sadar akan rencana tubuhnya yang semakin dekat dengan rut, periode di mana hormon-hormon serigala dalam dirinya memuncak. Dia takut jika berada di dekat Seonghwa saat rut tiba, dia bisa kehilangan kendali dan melukai sahabatnya itu.
Suatu malam, setelah berhari-hari menghindari Seonghwa, Yunho duduk sendirian di kamarnya, memikirkan keputusan yang telah diambilnya. Dia teringat senyum Seonghwa, tawa yang mereka bagi, dan betapa pentingnya Seonghwa baginya. "Aku tidak bisa melukai dia," pikirnya. "Lebih baik aku menjauh sekarang daripada menyesal nanti."
Namun, di tempat lain, Seonghwa memutuskan bahwa malam ini dia akan menghadapi Yunho. Dia tidak bisa lagi menahan kebingungan dan rasa sakit di hatinya. Dia pergi ke rumah Yunho, mengetuk pintu dengan tegas.
"Yunho, ini aku. Tolong buka pintunya," panggil Seonghwa dengan suara bergetar.
Yunho ragu-ragu, tapi akhirnya membuka pintu. Dia melihat wajah Seonghwa yang penuh dengan kekhawatiran dan kebingungan, dan hatinya terasa perih.
"Apa yang terjadi, Yunho? Kenapa kamu menghindariku?" tanya Seonghwa dengan mata yang hampir berlinang air mata.
Yunho menundukkan kepala, tidak mampu menatap mata Seonghwa. "Aku... aku takut, Seonghwa."
"Takut? Takut apa?" Seonghwa menyentuh lengan Yunho, berharap sentuhan itu bisa menenangkan hati sahabatnya.
"Aku takut melukaimu," bisik Yunho. "Rut-ku semakin dekat, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak ingin kehilangan kendali dan menyakitimu."
Seonghwa terdiam sejenak, mencerna kata-kata Yunho. Kemudian, dia menarik napas dalam dan berkata dengan lembut, "Yunho, kamu tidak perlu menghadapi ini sendirian. Aku ingin berada di sisimu, membantu kamu melewati ini. Kamu adalah sahabatku, dan lebih dari itu... kamu adalah orang yang sangat aku sayangi."
Yunho mengangkat kepala, menatap Seonghwa dengan mata penuh emosi. "Seonghwa, aku... aku juga mencintaimu. Tapi aku tidak ingin mempertaruhkan keselamatanmu."
Seonghwa tersenyum lembut dan mengusap pipi Yunho. "Kita akan melewati ini bersama. Aku percaya padamu, dan aku tahu kamu tidak akan melukaiku. Aku ingin berada di sisimu, apapun yang terjadi."
Malam itu, Yunho dan Seonghwa memutuskan untuk tetap bersama. Mereka mengunci diri di dalam kamar, bersiap menghadapi rut Yunho yang semakin dekat. Yunho merasa lebih tenang dengan kehadiran Seonghwa, merasa bahwa sahabat sekaligus kekasihnya adalah jangkar yang akan menahannya di tengah badai.
Saat rut Yunho tiba, dia merasakan gelombang emosi dan dorongan yang kuat. Tubuhnya memanas dan napasnya memburu, namun Seonghwa tetap di sisinya, memegang tangannya dengan erat.
"Yunho, aku di sini. Fokus padaku," bisik Seonghwa, suaranya lembut namun tegas.
Yunho mencoba berjuang melawan dorongan primal dalam dirinya, namun semakin sulit. Dia meremas tangan Seonghwa, berusaha mengalihkan perhatian pada sentuhan dan suara kekasihnya. "Seonghwa... aku tidak bisa...," suaranya bergetar.
"Yunho, lihat aku," kata Seonghwa, memaksa Yunho menatap matanya. "Kamu bisa mengendalikan ini. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira."
Dengan segenap kekuatan dan kasih sayang yang dimiliki, Seonghwa membawa Yunho kembali ke kenyataan. Perlahan-lahan, ketegangan dalam tubuh Yunho mereda. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan kehangatan dan ketenangan yang dibawa oleh Seonghwa.
Malam itu, mereka berdua melewati rut Yunho dengan penuh cinta dan pengertian. Dalam pelukan Seonghwa, Yunho menemukan kedamaian yang dia butuhkan.
Mereka berbagi momen yang intim dan penuh gairah, menghapus segala ketakutan dan keraguan.
"Seonghwa... terima kasih," bisik Yunho saat mereka berbaring bersama, tubuh mereka masih saling berdekatan.
"Aku akan selalu ada untukmu, Yunho. Karena aku mencintaimu," jawab Seonghwa sambil tersenyum.
Dalam keheningan malam, mereka berdua tahu bahwa cinta mereka lebih kuat dari apapun.
Bersama-sama, mereka mampu mengatasi ketakutan terbesar dan menemukan kebahagiaan yang sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exquisite Episode • All × Seonghwa
Fiksi Penggemarbottom!Seonghwa / Seonghwa centric ©2023, yongoroku456