4. Rasa Sakit dan Hinaan Menjadi Satu

49 23 22
                                    

Setelah kepergian Winnie, Leaby tidak tidur sepanjang malam. Dia berusaha ikhlas tapi tentu saja bakal susah. Mereka sudah bersama selama delapan tahun dan dipisahkan karena mereka berbeda. Berbeda? Kata yang menyakitkan buat Leaby. Tapi menurutnya benar, dia dan Winnie berbeda. Oh, malas dia memikirkan ini terus, karena pasti akhir-akhirnya diluar banyak orang yang menghinanya dengan mudah. Sepertinya semalaman ini Leaby tidak akan tidur. Banyak sekali pikirannya mengenai Winnie dan... ucapan orang tadi. Spesial? Apa yang spesial? Dirinya? Tidak mungkin. Hanya itu yang ada di otaknya. Sampai ternyata telah jam lima pagi. Sepertinya sebentar lagi Searyl akan memanggilnya.

TOK TOK TOK

"Leaby, kau sudah bangun? Jika sudah turun ya sarapan." baru saja dipikirkan dan ternyata sudah di panggil. Padahal biasanya jam enam dia akan turun tapi ini masih jam lima dan sudah dipanggil. Ada apa?

"Sebentar, Mom!"

Leaby turun dan mendapatkan Brain dan Searyl sudah di meja makan.

"Pagi, Mom, Dad."

"Pagi, sayang." balas Brain dan Searyl bersamaan. Mereka makan dengan tenang, hanya dentingan sendok dengan piring yang terdengar. Brain melirik kearah Leaby, dia melihat wajah Leaby yang seperti lesu dan lelah.

"Sayang, kau tidak tidur semalaman?" tanya Brain. Leaby mendongakkan kepalanya dan hanya mengangguk, dia sedang tidak mood jadi malas berbicara.

"Kenapa, Le? Kau harus menjaga kesehatanmu." ucap Searyl.

"Hanya kepikiran Winni, Mom." Searyl dan Brain mengangguk dan diam mereka tau apa yang dialami putrinya sampai seperti ini. Yang memikirkan sahabatnya pergi dan dirinya yang menurutnya seperti tidak normal. Padahal tidak harus semua orang menjadi Traower, tapi sepertinya Leaby juga tertekan karena manusia-manusia yang tidak punya hati itu.

"Kok, kenapa baru jam segini sudah manggil Le?"

"Daddy yang suruh. Le, Mommy sama Daddy mau ada urusan di luar kota sebentar kemungkinan pulangnya besok. Sebenarnya bisa kalau pulang tapi akan lebih repot jika bolak-balik ke luar kota. Dan kalau mau ikut dengan kita gapapa, Daddy sama Mommy malah senang." jelas Brain.

"Tidak, Dad. Leaby kayaknya dirumah aja, capek juga pas perjalanan. Le, lagi males. Gapapa kan?"

"Gapapa, asal kau bisa jaga diri dan selalu mengabari ya kan, Sear?"

"Iya, jangan pergi jauh-jauh nanti, paham, sayang?"

"Iya, Mom, Dad. Nanti mungkin, Le cuman mau ke perpus."

"Iya."

Setelah sarapan selesai, Brain dan Searyl pergi ke luar kota karena pekerjaan mereka. Dan sekarang Leaby ingin ke perpustakaan terdekat. Daripada di rumah sendiri mending cari angin keluar kan?

Sampai di perpustakaan, ternyata tidak seperti biasa. Banyak pengunjung disini, sepertinya karena hari libur jadi mereka bisa pergi ke perpustakaan. Leaby mengamati sekitar perpustakaan, pandangannya menuju ke pria yang baru ini dia kenal. Dia sendiri? Pikir Leaby.

'Hey, buat apa aku memikirkan dia? Tidak berguna sekali!' batin Leaby.

Leaby akan mencari buku yang minat untuk dia baca, dia akan menghabiskan waktunya disini. Malas sekali di rumah yang ga ada orang. Dia sudah berkeliling seluruh perpustakaan, tapi sepertinya tidak ada yang membuatnya tertarik. Ya, dia memang ga terlalu suka membaca buku yang seperti pelajaran. Dia saja belajar saat akan ada ujian saja. Pikirnya, jika belajar maka membuatnya pusing dan darah rendah nya kumat. Saat mencari-cari buku lagi, tanpa disengaja dia menabrak orang yang ada di depannya.

'Oh sial!' batinnya.

Sepertinya Leaby tidak berani menghadap ke orang yang telah dia tabrak.

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang