21. Legendaris

4 3 6
                                    

"Lea!!" Steven menghampiri Leaby yang tengah duduk santai di dalam kelas. Terlihat Leaby tengah berkutik dengan ponselnya, tangannya dengan lihai mengetik di atas layar ponsel. Dengan wajah yang sangat fokus, Steven berhati-hati mendekatinya karena takut mengganggu Leaby. "Mm.. Kau sibuk?" Tidak ada jawaban dari Leaby, hanya kerutan pada dahinya menandakan seolah bertanya ada apa pada Steven.

"Apa aku ganggu?"

"Tidak." Steven menghela napas, dia duduk disamping Leaby tepat di tempat Winnie duduk. Dia menatap wajah Leaby dengan tatapan kagum, seakan pesonanya membuat Steven terpikat untuk selalu menatapnya terus menerus.

"Stop, kau selalu memandangku tanpa mengenal tempat."

"Memang kenapa, hm?" bukannya merasa malu karna terciduk, Steven malah semakin menatap matanya dalam.

'Bukan waktunya untuk baper, Le. Oh please, akan ku balas kau, Stev!' batin Leaby dengan kesal.

"Kau semakin lucu saat sedang kesal."

"Siapa yang kesal?" tanya Leaby menatap Steven dengan mengangkat dagunya seakan melawan Steven.

"Kau ga bisa mengelak, sayang.." jawab Steven dengan memegang dagu Leaby gemas.

"Bisa tidak jangan panggil dengan sebutan itu?!"

"Kenapa emang?"

"Ini tempat umum, Stev.."

"Berarti kalau sepi boleh?" terlihat wajah tengil Steven yang menggoda Leaby. Dimata Leaby, Steven hanya seorang yang pengganggu baginya yang selalu mendekatinya terus. Dia sedikit tidak percaya dengan pendapat orang lain, bahwa Steven yang ada di depannya ini adalah kulkas berjalan.

"Bisa jangan sekarang dulu?"

"Haha, iya-iya, maaf.." dengan mengelus kepala Leaby, Steven tidak sengaja mengintip dari layar ponsel milik Leaby. "Mau ngapain? Butuh alat?" Leaby menoleh dan mengangguk.

"Aku sudah tahu komposisi bom itu, jadi aku mau percobaan yang lain."

Steven tersenyum, "Pintar banget sih!" dengan wajah bangganya Leaby menatap Steven dan menunjuk pada dirinya. "Siapa dulu dong!!"

Mereka berdua saling bertukar cerita dan sering diakhiri dengan tawa, sampai tidak sadar bahwa etewour  yang mengajar hari itu telah memasuki kelas. Karena Steven duduk ditempat milik Winnie, jadinya Winnie duduk ditempat Steven yang berada di samping Lim. Winnie sama sekali tidak masalah, apalagi duduk di sebelah Lim.

*:..。o○ ○o。..:*

"Paman, apakah kejadian itu terulang lagi?"

"Aku tidak tahu, tapi dari ceritanya Lezina ikut dalam perang itu."

"Jika benar, kita tidak mungkin punya peluang menang. Kau tahu kan, Paman? Seorang Ivy dan Aidyn saja kalah dan berakhir tragis ditangan kegelapan, apalagi kita?"

"Kau jangan meremehkan mereka, ada orang yang sama hebatnya seperti mendiang Aidyn dan Ivy."

"Siapa Ivy itu?" terdengar suara dari ambang pintu dan terlihat empat orang dengan wajah penuh bertanya.

"Kau, Le? Ku kira siapa, masuk!"

"Ah, maaf, tadi kami sudah ketuk pintu sampai Lim pun ditegur karena terlalu berisik, tapi kayaknya pembicaraannya sangat serius. Jadi, kami terpaksa masuk takut ada masalah."

"Tidak masalah, kalian boleh masuk dengan bebas asal tidak ada yang curiga."

"Trims, oh ya, ada apa panggil kami?"

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang