15. Mimpi

34 19 4
                                    

"Hey, sepertinya kalian sedang...bahagia?" ucap Winnie dengan sedikit terjeda karena melihat tautan tangan Leaby dan Steven. Winnie memunculkan idenya dengan senyuman smirk.

"Ya, tidak perlu ditanyakan lagi. Tentu kalian sangat-sangat bahagia!" ucap Winnie dengan menaik turunkan alisnya.

"Apa yang kau maksud? Kita hanya dari luar." jawab Leaby yang tidak mengerti apa maksud dari Winnie.

"Oh ya? Dari luar untuk menyusul dan masuk bersama dengan genggaman yang sangat so sweet and romance." dengan senyuman yang lebar, Winnie juga melirik ke arah tautan tangan Leaby dan Steven.

Steven melirik ke arah tangannya dan melepas genggamannya pada lengan Leaby. Leaby juga bari sadar dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka juga baru sadar kalau sepanjang jalan mereka saling bergandengan. Steven sangat malu dengan refleknya, niatnya hanya ingin menarik keluar dari tempat mereka tadi.

Tidak hanya Steven yang menahan malu, Leaby lebih dari itu. Wajahnya serasa memanas dia hanya berdoa semoga tidak ada yang melihat wajahnya itu. Jangan sampai Winnie melihat dirinya seperti ini. Tapi sepertinya tidak mungkin, Leaby melirik pada Winnie dan terlihat senyuman lebarnya yang tidak luntur itu menatap Leaby.

'Antara dimulai sekarang atau besok atau bisa jadi seterusnya.' batin Leaby.

Leaby sudah menyiapkan mentalnya. Winnie dan Lim akan mengejeknya sampai puas. Tidak cuma Leaby, tentu Steven pun sama. Mereka berdua sudah biasa dengan sikap sahabat mereka itu.

Pasti Winnie akan memberi tahu Lim secepatnya. Ah, baru saja dibilang. Ternyata dibalik pintu kamar No. 219 ada seseorang yang menyimak mereka bertiga berbicara. Terdengar suara tawa seseorang dibalik pintu itu, lalu dia keluar dengan tawanya yang semakin nyaring.

"HAHAHA, hahhh. Kalian ini sangat lucu!" ucap Lim yang keluar dari balik pintu dengan menunduk memegangi perutnya yang keram karena tawanya.

"Apanya yang lucu!" ucap Leaby dengan menahan malu.

Suara dari tawa Lim menggema sampai ke ujung. Banyak sekali intens mata yang menatap mereka berempat. Karena itu rasa malu Leaby meningkat.

"Kalian ini ya, terbukalah satu sama lain. Jika begini terus, gimana mau meningkat?!" geram Winnie melihat tingkah Leaby dan Steven yang saling menyembunyikan perasaan mereka. Antara menyembunyikan dan belum menyadari. Kisah mereka sedikit aneh. Biasalah orang polos tentang cinta dengan orang yang sangat cuek.

"Aku tidak mengerti yang kalian maksud! Kalau bicara itu to the point ga cuma kasih teka-teki!" jawab Leaby.

"Sudah, Le! Mereka akan semakin menjadi kalau kau jawab." ucap Steven pada Leaby.

"Huhuhu, mataku ternoda melihatnya!" ucap Winnie yang melihat Steven membujuk Leaby yang sedang kesal.

"Diam!!" kesal Leaby.

"Sudah, Nie. Biarkan mereka kembali ke kamar, besok kita lanjut." sahut Lim pada Winnie lalu diakhiri dengan tawa mereka berdua.

Steven dan Leaby yang lelah dengan ejekan mereka berdua pun langsung pergi ke kamar masing-masing. Orang-orang di sekitar yang sempat melihat aksi tersebut mulai berhamburan menuju kamar mereka. Pertunjukan sudah selesai untuk malam ini. Entah kalau besok pagi.

"Sepertinya kalau salah satunya tidak terbuka, ga bakalan selesai." ucap Lim pada Winnie.

"Iya, kalau begini terus, bagaimana mereka bersatu?"

"Teruskan saja aksinya, aku selalu menikmati! Sudah, tidurlah besok latihan."

"Oke, good night, Limii!"

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang