Sedari tadi, Steven yang tengah mengganggu Leaby yang sedang makan dengan Leaby yang menahan kesal dan malu sampai membuat wajahnya bersemu merah. Lim sudah jengah dari tadi menyaksikan kemesraan di hadapannya itu. Mereka berdua tidak peduli dengan sekitar yang saat ini tengah menatap mereka berdua. Ah, bukan mereka berdua, bisa dibilang hanya Steven.
"See? Semenjak punya pasangan kalian melupakan sekitarnya!"
Steven melirik Lim sebentar lalu menatap Leaby lagi, Lim yang mengetahui itu pun langsung mendorong kepala Steven pelan. "Udah disindir, tapi ga peka, ya gini."
"Biarin, biasanya juga kau dengan Winnie terus aku yang jadi nyamuknya."
"Aku masih mending ya! Lah, kau? Selalu saja berdekatan."
"Tapi-"
"Sudah-sudah! Kalian ini entah dimanapun tetap aja ribut ya?" potong Leaby yang sudah jengah dengan keributan mereka berdua. Mereka tidak melihat kondisi jika ingin bertengkar.
"Maaf..." ucap kompak Steven dan Lim sambil menunduk.
"Makan atau ku buang?!" perintah dari Leaby adalah mutlak. Tidak ada yang bisa mengganggu jika Leaby sedang emosi. Begitupun dengan teman sekelasnya, walaupun baru beberapa bulan, mereka sudah saling mengenal apalagi Leaby sudah termasuk orang populer di Eternal Power.
Setelah makan mereka kembali ke rumah sakit, karena sudah dua jam pasti Winnie telah sadar. Drawies terpaksa menyuntikkan bius pada Winnie karena butuh beberapa pemeriksaan dan akan menyakitkan jika kondisi pasien dalam kesadaran. Leaby berjalan duluan, dia malas mendengar keributan dari Steven dan Lim yang terus menyalahkan diri mereka masing-masing.
"Kau yang duluan ya."
"Kalau bukan karena kau bermesraan, aku juga ga akan sewot."
Terdengar permasalahan mereka yang ternyata dari tadi belum selesai. Leaby tidak mempedulikannya, tujuannya hanya ingin melihat keadaan Winnie. Saat ingin membuka pintu, Leaby terdengar suara-suara kecil yang sepertinya bukan dari Steven dan Lim. Leaby mengedarkan pandangannya, pandangannya terpaku pada kunang-kunang yang berjalan di lantai, kurang lebih terdapat lima ekor kunang-kunang. Leaby semakin menajamkan pendengarannya, terdengar omelan-omelan kecil.
'Ga mungkin kalau kunang itu bicara kan?' batin Leaby dengan penasaran. Dia merasa semakin gila saat mendengar pembicaraan kunang-kunang tersebut. Dia berusaha menulikan telinganya dan masuk ke dalam ruangan Winnie yang awalnya berada di ruang IGD, tapi karena tadi dia telah sadar jadinya dipindahkan. Leaby dikejutkan dengan apa yang ada di depannya, Steven dan Lim yang masih meributkan hal tadi pun hampir tertabrak tubuh mungil Leaby, karena Leaby berhenti mendadak.
"Mama Livy?" wanita paruh baya yang tengah duduk di pinggir brankar pun menengok dan menatap Leaby.
"Bren?" wanita itu berdiri dan berjalan menghampiri Leaby dimana dia berdiri. "Ini benar kau? Aaa, kau cantik banget!" wanita itu memeluknya dan Leaby membalas pelukan tersebut.
"Mama kapan balik?" tanya Leaby saat wanita melepaskan pelukannya.
"Baru aja, Mama dengar Winnie terluka jadinya langsung kemari. Ayo duduk!" wanita itu menarik lengan Leaby dan menyuruhnya duduk di sofa yang berada di samping brankar.
"Lim, Stev, masuklah!" ucap Winnie membuat mereka berdua tersentak lalu masuk dan ikut duduk di sofa. Mereka kebingungan dengan kehadiran wanita paruh baya tersebut.
"Ah, ini Mamaku. Kalian belum pernah bertemu dengannya kan?" spontan mereka berdua mengangguk.
"Ini teman yang kau diceritakan itu, Win?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL POWER
FantasyTerdapat keajaiban yang muncul sekitar berabad-abad lalu. Keajaiban dimana terdapat kekuatan yang memiliki manfaatnya masing-masing. Kekuatan tersebut akan muncul ketika manusia berusia 17 tahun. Ada berbagai macam kekuatan, yaitu tanah, api, angin...