14. Pesan dari Ilusi

36 19 5
                                    

Hello, hello
Gue tau kalau dibaca kadang kek garing
😪😪
Tapi, tenang
Dipart selanjutnya bakal gue bikin lebih seru
Semoga kalian menikmatinya, ya...

Selamat menghalu!

*:..。o○ ○o。..:*

Ben dan Drawies sedang berbincang dan terlihat bahagia, mereka melupakan tugas mereka untuk sementara waktu. Kesibukan membuat mereka renggang dan sangat sulit untuk bertemu. Saat mereka sedang asik bercandaan,mereka dikejutkan pada Steven yang menghampiri mereka dan memberi tahu mereka tentang sesuatu hal.

"Leaby sadar!" ucap Steven.

Ben dan Drawies berdiri dari tempat mereka duduk. Mereka berjalan menuju ruangan Leaby dan terlihat Leaby yang duduk di kursi.

"Kenapa kau duduk disini?" tanya Drawies.

"Terlalu bosan kalau berbaring terus, paman!" jawab Leaby dengan sedikit merengek. Drawies sedikit terkejut dengan apa yang dia dengar. Leaby memanggilnya dengan sebutan 'paman'.

"E-eh, boleh panggil paman?" tanya Leaby yang sadar dengan raut wajah Drawies kebingungan.

"Tentu boleh. Kalian juga." bukan Drawies yang menjawab, tapi Ben. Drawies menatap Ben sedikit kesal, seharusnya dia yang menjawab bukan Ben. Tapi Drawies tidak mempermasalahkannya, dia juga ingin bicara seperti itu.

Ben menghampiri Leaby dan menatap dalam Leaby. Leaby membalas tatapan Ben dengan bingung dan sedikit mundur karena Ben yang terus mendekatinya. Ternyata, Steven melihat kejadian itu dengan tatapan tidak suka. Drawies melirik ke arah Steven lalu menghampirinya.

"Kau ga mungkin cemburu dengan pamanmu sendirikan?" ucap Drawies pelan, sangat pelan bahkan hanya Steven yang mendengarnya.

"Tidak." jawaban dari Steven membuat Drawies menahan tawanya. Jawabannya berbeda dari isi hatinya. Dari raut wajahnya saja terlihat beda.

"Kau bermimpi?" perkataan Ben membuat semua yang ada di ruangan itu menatap pada Ben.

"M-maksudnya?" tanya Leaby.

"Sepertinya kau tidak mau menceritakannya. Baiklah." ucap Ben, lalu menatap orang yang ada di ruangan.

"Kalian bisa tunggu diluar. Aku dan Drawies akan memeriksa Leaby terlebih dulu, baru bisa kembali ke Academy." lanjut Ben.

"Apakah ga masalah hanya bertiga? Aku akan di sini!" ucap Steven.

"Stev, kita hanya ingin melakukan pemeriksaan bukan untuk membunuhnya!" jawab Ben yang heran dengan curiga Steven.

"Dengar, Stev. Kita juga sudah tua, mana mungkin kita mengambil dia darimu." ucap Drawies dengan merangkul Steven.

"Sudahlah, Stev. Dari tadi aku hanya melihat dirimu yang hampir ingin berapi, tidak ada yang akan mengambil Leaby!" sahut Lim yang ternyata tahu reaksi Steven dari tadi, dia hanya menunggu aksinya dimulai.

"Apa yang kalian maksud?! Terserah, aku akan kembali!" ucap Steven dengan sedikit marah lalu keluar dari ruangan. Dia kembali ke Academy sendiri dengan perasaan cemburu dan marah. Mereka yang ada di dalam ruangan tertawa kencang melihat sikap Steven, kecuali Leaby yang masih kebingungan.

"Biarkan dia seperti itu. Pasti dia akan baik dengan sendiri, karena tentu senjatanya Leaby." ucap Winnie.

"Benar." jawab Lim.

"Kami akan tunggu di luar, paman." ucap Winnie pada Ben dan Drawies.

"Baik, ini tidak akan lama." sahut Ben.

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang