7. Seleksi

57 29 29
                                    

Leaby masih menatap kagum apa yang dilihatnya saat ini. Ternyata impiannya terwujud. Impian yang ingin masuk ke Academy dan belajar di sini ternyata terpenuhi. Tentu dia akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa menjadi murid terpopuler di sini seperti Steven. Ah, di Academy biasanya dipanggil weasii untuk murid pria dan weasiel untuk murid wanita.

Saat memasuki pintu masuk Leaby diarahkan untuk kemeja informasi terlebih dahulu lalu Etewour yang bertugas di situ memberikan kartu identitas.

"Ini kartunya, Nona. Simpan kartu ini, karena kartu ini adalah akses untuk keluar dan masuk dari Academy dan juga termasuk kunci kamar. Kamar, Nona berada di lantai 10 No. 220. Teman kamar, Nona adalah Nona Coyle." ujar Etewour itu.

Winnie yang mendengar pun langsung tersenyum. Mereka berdua sekamar, siapa sih yang ga suka kalau sekamar dengan temannya?

"Terimakasih, ya." Leaby tersenyum sambil menerima Id-Card dari Etewour. Lalu mereka berjalan kearah lift dan menekan pada tombol 10.

Saat tiba di lantai 10, ketujuh pria tadi pamit akn pergi karena tugas mereka untuk menjemput Leaby sudah tuntas.

"Nona, kami permisi. Tugas kami telah selesai." ucap pria salah satu dari tujuh orang.

"Baik, terimakasih, tuan..."

"Ben. Panggil saja, Ben."

Leaby tersenyum dan berterimakasih kembali padanya, "Terimakasih banyak, Tuan Ben." Ben mengangguk dan pergi bersama keenam pria lain.

"Leaby! Untung kita satu kamar!" ucap heboh Winnie.

"Kita akan melakukan sesuatu hal bersama, seperti hal yang tidak pernah kita lakukan!"

"Hey, dia saja baru sampai dan belum seleksi, tapi kau sudah seheboh itu dan mengagendakan banyak hal? Sambutlah dulu Leaby!" ucap Lim dengan menggelengkan kepala melihat kelakuan Winnie.

"Oh iya, aku lupa. Untung kau ingatkan, Lim!" Winnie hanya tersenyum lebar dengan memperlihatkan giginya.

"Selamat datang di Eternal Power Academy, Le! Bisa dibilang Eternal Power aja." ucap Winnie dengan sambutannya untuk Leaby. Leaby hanay terkekeh melihat Winnie yang sangat bahagia. Lalu dia nelirik kearah Steven yang sejak tadi hanya diam tidak mengeluarkan suara. Ternyata Lim sadar arah pandangan Leaby kemana.

"Dia memang ngirit bicara. Biarin aja, Le!" ucap Lim sambil melirik kearah Steven dengan sedikit menggodanya. Steven hanya mendengarkan napas.

"Dimana kamar kalian? Katanya dekat kamar ku dan Winnie." tanya Leaby.

Lim mengerutkan alisnya, "Dari mana kau tahu kalau kamar kita dekat dengan kamar kalian?" tanya balik Lim.

Leaby melirik kearah Steven dan Lim menyadarinya lalu tersenyum jahil.

"Ohh, ternyataa. Kamar kita No. 219 sebelahan kamar kalian. Dan jika ingin sering bertemu juga tidak sulit." ucap Lim dengan menaikkan sebelah alisnya dan melirik Steven.

"O-oh, berarti yang ini?" ucap Leaby dengan sedikit malu dan menunjuk kearah pintu yang terdapat angka 219.

"Nah iya! Dan kamarmu yang itu." Lim menunjuk pintu bernomor 220.

"Kalian mau ma-"

"Sudah malam, kembali ke kamar masing-masing." potong Steven sambil menarik lengan Lim. Leaby dan Winnie tertawa saat tanpa sengaja Lim menabrak pintu dan mengenai wajahnya itu.

"Le, ayo tidur. Sangat melelahkan hari ini! Dan kau juga besok harus seleksi!" ajak Winnie.

"Hm, iya."

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang