16. Confess

35 19 5
                                    

Hello...
Lama ga up ya...
Wkwk, maafkeun, lg masih sibuk nih
Kemungkinan bakalan sering up bulan depan, tunggu saja up terbarunya...
Buat yg setia menunggu & membaca, lop lope yg besar buat kalian.... ❤❤❤❤❤

Selamat menghalu..

*:..。o○ ○o。..:*

"Sudah lama juga ya ga kesini." ucap Winnie.

"Lama? Emang berapa lama?" tanya Lim.

"Bisa dibilang seminggu lebih yang lalu." jawab enteng Leaby dengan memakan kentang goreng yang dia pesan.

"Seminggu?! Gila aja kalau lama, cuma seminggu lo!" ucap Lim dengan sedikit keras.

Winnie hanya tersenyum lebar memperlihatkan giginya tanpa merasa bersalah. Saat ini mereka sedang berada di cafe perbatasan Academy dengan kota. Beruntung hari libur, jadi mereka bisa keluar tanpa harus izin yang sangat rumit.

"Kalian sering ke sini?" tanya Steven pada Leaby dan Winnie.

"Hm, kalau jam pulang sekolah cepat jadi ada waktu." jawab Leaby.

"Bener. Kau tahu, Stev? Saat mungkin seminggu yang lalu, kami ke sini lalu di rooftop dan Leaby melihat kau! Dia selalu melihatmu tanpa mengalihkan pandangannya!" sahut Winnie dengan mengingat kejadian saat Leaby melihat Steven yang duduk di bawah tiang. Leaby yang mendengar dari perkataan Winnie langsung menatap tajam Winnie.

"Yang kau bilang itu tidak seluruhnya benar!" jawab Leaby dengan ketus.

"Ah, tapikan kau tahu Steven kan?" Winnie tidak akan mau kalah, dia selalu mencari kelemahan lawannya saat bicara.

"Terserahmu." Leaby malas berdebat untuk hari ini, dia ingin menikmati liburnya dengan baik tanpa ribut dengan Winnie. Hampir tiap hari mereka berdua ribut. Bukan hampir, tapi tiap hari! Tentu yang memulainya paling sering adalah Winnie.

"Kapan kau melihatku?" tanya Steven yang tentu menuju pada Leaby. Leaby memutar pandangannya yang awalnya pada makanan dan beralih pada Steven.

"Duduk di bawah tiang." jawab Leaby dengan menunjuk ke arah luar dimana dekat tiang lampu terdapat kursi panjang berwarna coklat.

"Oh, saat itu! Steven, itukan yang kau ceritakan padaku saat kau melihat seorang wanita di atas cafekan?!" ujar Lim. Steven membulatkan matanya, dengan cepat dia menginjak kaki Lim yang berada di bawah meja. Kakinya yang diinjak oleh Steven membuat Lim sedikit meringis kesakitan lalu mengangkat kakinya dan mengecek.

"Dasar kau, sakit tau!" pekik Lim yang merasa kakinya masih berasa nyeri. Steven hanya mengangkat kedua bahunya, tidak memperdulikan tentang keadaan Lim.

"Salah sendiri." ucap Steven.

"Tapikan bener!"

"Diam atau ku lempar dari tebing?" ancaman Steven membuat Lim diam tak berkutik dengan sedikit menggerutu.

"Sudahlah, Stev. Kami juga dengar." ucap Winnie yang terheran dengan tingkah laku Lim dan Steven saat bertengkar. Yang satu dengan sifat ngeyelnya dan satu lagi dengan mengandalkan ancaman.

"Yang kau maksud itukan?" lanjut Winnie dengan melirik pada Leaby yang tidak sadar kalau dirinya sedang dibicarakan karena dia sedang memainkan ponselnya.

Steven yang tahu apa yang dimaksud Winnie pun hanya mengangguk. Dia tidak bisa mengelak jika dengan Winnie. Winnie memiliki perasaan yang tajam, dia peka terhadap sekitar.

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang