11. Telepati

31 19 3
                                    

Leaby tengah berada di balkon kamarnya dengan bom yang kemarin dia ambil ada ditangannya. Dia menatap lurus kedepan, melihat sunrise yang indah. Dengan santai dia melempar-lempar keatas dan menangkap bom itu. Dan Winnie yang melihat Leaby di balkon pun menghampirinya. Dia membulatkan matanya.

Melihat apa yang di tangan Leaby. Terlihat dengan santai Leaby memainkannya. Winnie tidak habis berpikir apa yang dilakukannya. "Apa yang kau lakukan dengan bom itu?" tanya Winnie berusaha santai walaupun dalam hatinya ketakutan. Bagaimana jika bom itu jatuh dan menghancurkan asrama? Pasti akan ada berita heboh.

"Hanya memainkannya. Sepertinya jika dilempar akan bagus." benar yang dipikirkan Winnie, Leaby sudah sedikit gila. Winnie menghembuskan napasnya.

"Terserah, kau yang bertanggungjawab." Leaby terkekeh.

"Aku hanya menelitinya."

"Dari mana kau mendapatkan bom itu?" tanya Winnie dengan menunjuk pada bom dengcdan dagunya.

"Hasil kemarin aku berjalan."

"Aku berjalan tanpa arah, terus melihat para Etewour sedang latihan. Lalu aku menemukan lemari besar yang berisi senjata-senjata. Aku hanya melihatnya, terus Freya datang dan katanya kita boleh mengambilnya." lanjut Leaby.

"Kita?"

"Ya kita. Aku, kau, Steven, dan Lim. Kita sudah seperti melakukan kontrak dengan Freya. Katanya kita boleh mengambil secukupnya asal tidak semua untuk latihan kita. Cepat atau lambat akan dihubungi olehnya. Jadi kita harus selalu siap."

"Kenapa hanya mengambil bom? Kenapa ga ambil aja yang besar dan kuat?"

"Jika besar-besar, memang kau mau membawanya?!" Winnie hanya menampilkan senyuman dan memperlihatkan giginya.

"Biasanya besar-besar itu hebat."

"Tergantung yang pakai. Aku ambil bom untuk diteliti. Aku ingin tahu bahan apa aja yang digunakan untuk membuat ini." ucap Leaby dengan memenunjukkan bomnya pada Winnie.

"Benarkah? Bagaimana caranya? Tentu susah kalau tidak bertanya langsung pada yang membuatnya."

"Dengan teknologi. Disini teknologinya lumayan meningkat, pasti ada alat yang bisa mendeteksinya. Aku hanya penasaran, karena itu ingin sekali melemparnya dan cari tahu seberapa meledaknya."

"Jika kau ingin mati ya silahkan!" pekik Winnie. Leaby hanya terkekeh dan mereka berdua menikmati sunrise yang akan dimulai.

"Kenapa kalian kemarin bisa bersama?" tanya Winnie dengan pandangan masih kedepan menikmati sunrise. Leaby menatap Winnie singkat.

"Dia yang nyusul. Aku hanya memberi tahu ciri-ciri tempatnya, tiba-tiba dia sudah dibelakangku."

"Emang kau lupa? Dia kan memiliki penglihatan yang tajam. Dia tidak akan tersesat jika di hutan sekalipun, karena penglihatannya itu." jelas Winnie. Leaby menepuk jidatnya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya yang masih memegang bom.

"Aku baru ingat! Kenapa bisa aku melupakannya?"

"Kau yang aneh. Kau tidak ingat tentang diri seseorang yang kau sayangi."

Leaby menatap tajam Winnie, "Apa yang kau bicarakan? Siapa yang ku sayangi?" ucap Leaby dengan sinis.

"Kau belum sadar? Dengan apa yang terjadi pada sikapmu saat bersamanya, itu sudah jelas ada perasaan lain padanya."

"Padanya? Siapa yang kau maksud? Aku beneran ga tahu."

"Ga perlu menghindar ya!"

"Hais, aku beneran ga tahu! Kau bilang yang ku sayangi? Tentu yang kusayangi itu Mommy, Daddy, dan kau!"

ETERNAL POWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang