Lampu-lampu jalan menyulurkan terang pada jalan yang rebah di gelap malam. Gemerisik daun bambu berbisik: bulan mengawasimu, dan hanya engkau satu-satunya yang terjaga.Di suatu jarak, dingin diam-diam datang dengan dendam ingin dengar degub dadaku. Mana yang lebih menggigilkan? Angin malam ini atau angan malam denganmu.
Sepanjang jarak menjauh, hantu gagal menyentuh mataku. Hantu tidak ada di mana: pepohonan, semak belukar, rumah ditinggalkan, atau selayang pandang di kejauhan. Hantu datang dari dalam kepala- rumah yang kehilangan pemiliknya. Tapi isi kepalaku menyimpan waktu engkau merebus air, menggoreng sosis, dan mengaduk teh-susu.
Apa yang kurasai aman di jalan saat jarak seperti tidak menyentuh akhir adalah memastikan bulan tetap menggantung di langit. Bulan ialah satu matamu yang tetap terjaga untuk memastikan nanti telingamu menemukanku mengetuk pintu.
Kopeng, 4 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebentar yang Berarti Lama
PoésieAku bangun tidur. Kesadaran adalah listrik padam. Putusannya memejamkan cerita hitam putih kotak dalam kecil tabung mimpi semalam. Kuusap mataku, sekali lalu berkali-kali- masihkah aku mampu membaca ucapan selamat pagimu: teramat kabur. Tidak jelas...