Perempuan: makhluk bumi yang memiliki banyak pintu di hatinya. Pikirannya lorong labirin yang bisa menyesatkan sekaligus alasan kenapa lelaki harus punya nyali, agar sampai ke inti.
Perempuan dalam cerita yang kukenal, dalam lintasan abad, memberitahuku dalam bebayang. Diajarkan padaku cara mengenal perempuan dalam ragam jalan masuk.
Kepada keanggunan, aku melihatmu menggandakan kecantikan Annelies dalam roman Pramoedya. Annelies, mengenal tanah Hindia lebih baik dari perempuan Eropa lainnya. Hidup dalam pingitan perlindungan. Ia dan engkau sama-sama keanggunan yang dilihat lemah bagi hati-hati buta. Tapi aku meminjam nyali Minke, yang berhasil menelusup masuk ke dalam rahasiamu yang paling jauh.
Di hadapan kehormatan diri, engkau De Saint Yves dalam kisah Voltaire. Dan aku hanya L'Ingenu, lelaki yang membawa kekuatan alam. Di hadapanmu: kemalangan masa lalu ialah ucapan syukur di hadapan kesempatan hidup berikutnya. Perempuan, seperti engkau dan Yves, begitu asing bagi lain tapi bising bagi kekasih. Aku suka mendengar jika cerita yang dilahirkan dari bibir merahmu. Apakah aku serupa cermin yang senantiasa menyaksikan engkau berdandan dan menanyai kepatutan pada sendiri. Aku mendengar. Sungguh mendengar.
Di hadapan bibirmu, engkau sama kedudukan dengan Matilde. Seluruh yang engkau miliki adalah puisi. Segala yang menyentuh dirimu selain aku adalah musuh. Segala yang tak kuingat dari dirimu adalah kelancangan manusia. Akan kususuri langkah Pablo Neruda. Akan kutunaikan puisi yang menjelahai semesta dirimu.
Di hadapanmu, aku lelaki biasa yang tidak lebih sedih dari semua tokoh cerita. Kisah kita berlanjut di setiap detiknya. Ucapanmu adalah doa. Inginku adalah semoga. Kita adalah sebuah sebab dari kesepian sendiri.
Annelis, Yves, atau Matilde tidak akan bisa menyerupai engkau. Engkau bukan perempuan yang kukenali dari cerita. Selamanya engkau milikku.
Salatiga 17 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebentar yang Berarti Lama
PoésieAku bangun tidur. Kesadaran adalah listrik padam. Putusannya memejamkan cerita hitam putih kotak dalam kecil tabung mimpi semalam. Kuusap mataku, sekali lalu berkali-kali- masihkah aku mampu membaca ucapan selamat pagimu: teramat kabur. Tidak jelas...