Di pucuk ranting kamboja, burung madu sriganti menghuni diam.
Ia berkaca pada tanda. Dalam batin sendiri ia mematut tanya.Apakah daun tetap memaafkan angin yang sering ngambek tidak karuan?
Apakah lampu jalan tidak pernah bosan menyala sendirian?
Kenapa bebatuan sungai hanya diam saat deras alir tergesa ke entah?
Tidakkah sebal bunga-bunga tumbuh seketika itu diputus dari tangkainya oleh tangan-tangan jahil?Di pucuk ranting kamboja, burung madu sriganti lekas-lekas membangun sarang. Jangan sampai pertanyaannya lahir dan tidak memiliki rumah.
"Sementara kubangun sangkar sendiri sebelum dedaunan, lampu kota, bebatuan, dan bunga-bunga memberi jawab." Kata burung.
Di langit sana, awan terheran-heran: kenapa burung di atas kamboja itu membangun sarang saat dedaunan, lampu taman, bebatuan, dan bunga-bunga tiada pernah bertanya?
"Tanya adalah peduli, bukan?" Tanya burung.
Salatiga, 30 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebentar yang Berarti Lama
PoésieAku bangun tidur. Kesadaran adalah listrik padam. Putusannya memejamkan cerita hitam putih kotak dalam kecil tabung mimpi semalam. Kuusap mataku, sekali lalu berkali-kali- masihkah aku mampu membaca ucapan selamat pagimu: teramat kabur. Tidak jelas...