Di hari Minggu yang cerah, Alina sudah mengosongkan jadwalnya karena Bianca mengatakan akan mengajaknya dan juga Miel untuk pergi piknik bersama.
Kini Alina tengah mengecek barang apa saja yang belum ia siapkan, saat ia tengah mengecek perlengkapan deru mesin mobil Bianca terdengar terparkir di garasi rumahnya.
Miel yang sudah hafal suara mesin mobil dari Bianca pun langsung berlari kearah pintu untuk menyambut Bianca, walaupun tadi dirinya tengah fokus kepada mainannya.
"Kakak!" sapa Miel antusias seraya masuk ke dalam pelukan Bianca, Bianca pun menghujani seluruh wajah Miel dengan kecupan, lalu ia membawa Miel ke gendongannya.
Bianca lalu menghampiri Alina yang tengah terlihat sibuk dengan segala perlengkapan yang akan dibawa.
"Pagi, Al,"
"Iya,"
"Udah siap belum?"
"Udah. Yuk jalan,"
Bianca menurunkan Miel dari gendongannya lalu ia membantu Alina membawa perlengkapan yang sudah disiapkan oleh Alina.
"Perlengkapan lainnya udah kamu bawa kan, Bi?" tanya Alina. Ya, mereka memang sudah sepakat untuk membagi segala perlengkapan piknik yang akan dibawa, makanan dan cemilan itu tugas Alina, sedang sisanya itu urusan Bianca.
"Udah, Al, kalo ada yang kurang nanti kita tinggal beli disana," jawab Bianca santai. Lagipun mereka hanya akan pergi piknik untuk seharian saja, bukan akan menginap 7 hari 7 malam, jadi tidak perlu membawa perlengkapan yang banyak. Hanya saja Alina adalah tipikal ibu-ibu seperti kebanyakan, yang jika ingin pergi harus dengan barang bawaan yang banyak seperti akan pindah rumah.
Perjalanan menuju tempat piknik lumayan jauh, hingga memakan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam, tapi untung saja perjalanan diisi dengan segala kegiatan dari bernyanyi, menjawab pertanyaan Miel yang banyak bertanya, hingga obrolan Bianca dan juga Alina, menjadikan perjalanan tidak membosankan.
Sesampainya di tempat tujuan, Alina langsung terkagum dengan pemandangan yang disajikan, hamparan tanah yang dilapisi rumput hijau, bunga-bunga yang bermekaran tumbuh dengan indah, serta pohon-pohon besar yang membuat tempat ini menjadi lebih sejuk.
Saat Alina sudah puas menikmati pemandangan yang ada dirinya pun lalu menyiapkan alas untuk mereka duduk lalu menata makanan serta cemilan yang tadi mereka sudah bawa.
Harusnya Bianca turut membantu Alina menyiapkan, namun Bianca kini malah sudah berlari kesana-kemari dengan Miel, Alina pun hanya bisa pasrah akan itu.
Sebelum berangkat tadi Bianca tak lupa membawa kamera kesayangannya untuk mengabadikan momen. Yang kini sudah ia gunakan untuk memotret Miel, pemandangan, serta Alina.
"Al, hadap sini," panggil Bianca lalu saat Alina menoleh langsung saja ia memotretnya.
"Ih apansi, Bi, pasti hasilnya jelek," keluh Alina. Kini dirinya sudah turut mendekat kepada Bianca guna melihat hasil fotonya tadi, dengan jarak mereka yang menjadi sangat dekat sekarang.
Ternyata Bianca tak hanya memotret Alina sekali, ia ternyata sudah memotret Alina sejak tadi, namun Alina tak menyadarinya.
"Bagus semua kan, Al?"
Alina mengalihkan perhatiannya dari kamera dan menoleh ke arah Bianca. Membuat jarak wajah mereka kini benar-benar berjarak hanya beberapa centi saja, dengan jarak wajah yang sangat dekat, hal itu mampu memancing suara detak jantung Bianca yang kini sudah berdegup dengan kencang.
"Kali ini aku setuju," jawab Alina santai tanpa memperdulikan wajah Bianca yang sudah tegang karena jarak mereka yang terlalu dekat.
Bianca lalu menoleh ke arah lain kemudian ia beranjak pergi. "Aku mau main sama Miel dulu," ucapnya sebelum benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?