Malam dini hari, Bianca baru saja pulang dari acara makan malam kantor. Saat Bianca memasuki rumah, ia dibuat sedikit terkejut dengan Alina yang tertidur di sofa.
Bianca menghela napasnya sambil menatap Alina dengan tersenyum. Apa Alina tertidur di sofa seperti ini karena menunggunya pulang? Pikir Bianca. Benar atau tidak pemikirannya, yang jelas ia merasa senang jika Alina benar-benar melakukan itu untuknya.
"Alina dari tadi nungguin kamu, udah papah bilang gak usah ditungguin, dia tetep mau nunggu kamu." beritahu Tama yang baru saja datang.
Bianca menoleh pada Tama sekilas, kemudian ia pun kembali menatap Alina sambil tersenyum. Ternyata dugaannya benar, Alina memang tertidur di sofa karena menunggunya.
"Alisha sama Miel tapi udah tidur, pah?"
"Udah. Miel tidur di kamar Eren, Alisha tidur di kamar papah. Yaudah, kamu istirahat sana, papah juga mau tidur lagi."
"Iya, aku pindahin Alina dulu,"
"Yaudah, papah duluan ya. Good night, sayang." ucap Tama sambil mengelus kepala Bianca sekilas kemudian beranjak pergi.
Setelah kepergian Tama, Bianca pun mulai mengangkat tubuh Alina yang masih tertidur pulas. Dengan hati-hati agar Alina tak terbangun, Bianca pun mengangkat tubuh Alina sampai ke kamarnya.
Sesampainya Bianca di dalam kamarnya, Bianca pun langsung membaringkan tubuh Alina diatas ranjang.
Setelahnya, kini Bianca hanya mampu menatap tubuh Alina dari atas hingga bawah, belum lagi saat pandangannya jatuh ke arah paha dan belahan dada Alina yang terekspos, Bianca jadi harus menelan ludahnya susah payah.
Bianca menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran kotor yang kini memenuhi pikirannya. Namun itu tak berguna, kini Bianca pun semakin bernafsu setelah melihat bibir Alina.
Dengan gerakan perlahan, akhirnya Bianca pun memberanikan diri untuk mendekati bibir Alina. Saat sampai di depan bibir Alina, Bianca menatapnya lama. Dengan bernafsu, akhirnya Bianca pun berani untuk melumat bibir Alina, dengan kondisi Alina yang masih tertidur pulas.
"Hmmm," desah Alina yang terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan kegiatan Bianca tersebut.
Alina mendorong tubuh orang yang kini sedang melumat bibirnya, namun saat memastikan bahwa orang tersebut adalah Bianca, Alina malah membiarkannya saja.
Alina membalas lumatan Bianca dengan sama antusiasnya, tak bisa dipungkiri ia pun juga merasa rindu melakukan hal ini bersama Bianca.
Ciuman Bianca berpindah ke arah leher Alina. Bianca melumatnya dengan sesekali menggigitnya, membuat Alina kini hanya mampu mendesah sambil mencengkram rambut Bianca.
Setelah puas bermain dengan leher Alina, Bianca pun kini mulai menyibak baju Alina, mengeluarkan payudara Alina dari dalam bra, dan langsung melahapnya dengan tidak sabar.
"Pelanhhh, pelanhhh, gak akan ada yang ambil," ucap Alina sambil berusaha menahan desahannya, karena rasa nikmat dan geli yang Bianca berikan.
Bianca melumat serta meremas payudara Alina, seperti tak ada puasnya.
Hingga saat Bianca mulai turun ke bawah, tiba-tiba kegiatannya terhenti.
"Kenapa?" tanya Alina pada Bianca yang terdiam lama.
Bianca menggelengkan kepalanya. Berusaha menghilangkan bayangan tentang Alina bersama Adrian yang muncul dipikirannya secara tiba-tiba.
Saat Alina berciuman dengan Adrian, Alina yang tertawa bersama Adrian, Adrian yang merangkul serta mengecup pipi Alina. Semuanya, semuanya terputar di otaknya secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?