Berminggu-minggu Bianca tak lagi bertemu Alina sejak malam itu. Bianca terkadang masih main ke tempat Alina, tapi hanya untuk sekedar bertemu dengan Miel dan hanya sesaat, karena ia tidak ingin bertemu Alina dulu.
Hal itu terus terulang selama berminggu-minggu terakhir ini, itu terjadi karena Bianca tak ingin perasaannya terhadap Alina semakin meluap-luap. Namun sudah berminggu-minggu dirinya tak bertemu dengan Alina, perasaannya seperti tak berkurang sama sekali, bahkan perasaannya semakin meluap-luap sekarang.
"Oh, god, can you ease this feeling?" ucap Bianca frustasi.
Dirinya kini sedang berada di apartementnya, jam sudah larut malam, bukannya pergi istirahat, dirinya malah terus memikirkan Alina.
I wanna be yours ~
Wanna be yours ~Nafas Bianca seketika tercekat tak kala melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Mommynya Miel.
Ya, panggilan telpon tersebut tak lain adalah dari Alina. Orang yang terus menerus memenuhi pikiran Bianca akhir-akhir ini, sekaligus orang yang sedang Bianca hindari selama berminggu-minggu ini karena ia tak ingin perasaannya semakin dalam.
Setelah lama memandangi layar ponselnya yang tak kunjung ia angkat telpon dari Alina tersebut, karena ia sedari tadi sibuk menetralkan detak jantungnya, akhirnya Bianca pun memutuskan untuk mengangkat panggilan telpon dari Alina tersebut.
"Halo, Bi?" suara yang sangat merdu di telinga Bianca terdengar dari sebrang telpon sana.
"Ha-lo?" gugup Bianca.
"Kok lama banget angkatnya, kamu lagi sibuk, ya?"
"Ng, gak kok, Al. Aku tadi abis dari kamar mandi." bohong Bianca.
"Aku udah lama gak liat kamu. Kata Miel kamu masih main ke rumah, kok aku jarang ketemu kamu? Padahal biasanya kamu selalu pulang sampai aku pulang,"
"Iya, aku gak bisa lama-lama, soalnya harus ke studio lagi. Akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan," bohong Bianca lagi. Padahal dirinya memang sengaja melakukan itu untuk menjauhi Alina.
"Oh gitu. Makasih ya, Bi, masih sempetin waktu kamu buat main sama Miel,"
"No problem, Al, itu kemauan aku sendiri kok, kamu gak perlu berterimakasih atas itu."
"Okey. Btw, Bi, aku telpon kamu sebenarnya karena ingin undang kamu untuk makan malam besok. Dalam rangka bertambahnya umur aku. Aku gak undang banyak orang, cuma orang-orang terdekat aja. Jadi kamu jangan lupa datang ya,"
"Aku usahain datang, Al,"
"Okey. Yaudah aku tutup ya telponnya,"
"Okey, Al, see you,"
"See you,"
Setelah panggilan telpon tersebut terputus akhirnya Bianca pun bisa bernafas lega.
~~~
Sesuai undangan Alina kemarin, yang mengundang Bianca untuk makan malam dalam rangka bertambahnya umur Alina, kini akhirnya Bianca datang setelah bergelut dengan pikiran dan hatinya dulu sebelum datang.
Bianca kini sudah rapih, tak lupa ia juga membawa bucket bunga dan kado untuk Alina.
Namun, saat baru saja Bianca sampai di rumah Alina, pemandangan yang ia lihat hampir saja membuat dirinya menjatuhkan bucket bunga dan kado yang ia pegang untuk Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?