38.

9.9K 720 31
                                    

Pagi-pagi sekali sebelum berangkat untuk ke Korea, Bianca menyempatkan diri untuk menelpon Zee dengan gelisah.

"Halo, Zee" ucap Bianca saat panggilan telpon tersebut berhasil tersambung.

"Kenapa, Bi?"

"Gue bisa minta tolong?"

"Tentu. Minta tolong apa?"

"Tolong ke rumah Alina, Zee. Bu sum bilang kemarin seharian dia cuma makan siang doang dan ngurung dirinya di kamar. Sampai sekarang dia juga belum bisa gue hubungin. Semaleman gue gak bisa tidur mikirin dia, Zee. Tolong ke rumah dia, pastiin dia baik-baik aja." mohon Bianca dengan nada memelas.

Sebenarnya saat Bianca mendengar bahwa Alina mengurung dirinya seharian dengan kondisi yang baru hanya makan sekali, Bianca ingin sekali segera menghampiri Alina. Tapi itu tidak mungkin, jaraknya kini jauh.

Atau semalam ia juga ingin menyuruh Zee untuk menghampiri Alina detik itu juga, karena dirinya benar-benar khawatir dengan kondisi Alina. Namun, ia tak tega jika menyuruh Zee mengunjungi rumah Alina malam-malam. Belum lagi Bianca takut jika itu akan menganggu Alina dan para penghuni rumah yang lain. Jadi Bianca pun mengutuskan menyuruh Zee pagi ini saja.

"Kalian ada masalah?"

"Gue lupa kabarin dia kemarin seharian,"

"Kenapa? Komunikasi itu penting, Bi. Apalagi kalian lagi LDR gini,"

"Kemarin seharian gue sibuk, Zee. Gue bener-bener lupa buat kabarin Alina. Tolongin gue, Zee, untuk minta maaf ke Alina,"

"Iya, gue bantu. Gue siap-siap dulu,"

"Makasih, Zee. Lo emang selalu bisa diandalkan."

Setelahnya panggilan telpon tersebut pun terputus. Zee yang berada di sebrang sana pun segera bersiap untuk pergi ke rumah Alina guna menuruti permintaan Bianca tadi.

"Ra, anterin gue yuk," ajak Zee kepada Aurora yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Kemana?" tanya Aurora dengan suara khas bangun tidur.

"Ke rumah dokter Alina,"

"Ngapain?"

"Disuruh Bianca buat ngecek dokter Alina. Sekalian kita cari sarapan sama berangkat kerja yuk,"

Aurora menganggukkan kepalanya dengan masih memejamkan matanya. Zee yang melihat itu pun dibuat gemas dan langsung menggendong Aurora untuk masuk ke dalam kamar mandi dan pergi mandi bersama.

~~~

Sudah setengah jam Zee dan Aurora berdiri di depan pintu kamar Alina, namun pintunya belum juga kunjung dibuka, padahal Zee sudah menggedor pintunya dan sudah berteriak-teriak sedari tadi.

"Gak ada pilihan lain, Ra, selain gue harus dobrak pintunya." ucap Zee yang mulai sudah tidak sabar.

"Setelah lo deh, gue udah capek," dengan lemas Aurora pun mendudukkan dirinya di atas lantai sambil memperhatikan Zee yang kini sudah mulai mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Alina.

"Dokter! Kalo dokter gak mau buka, saya dobrak pintunya ya!" teriak Zee memberi peringatan.

Karena tak ada jawaban juga dari Alina, Zee pun bergerak untuk mendobrak pintu kamar Alina. Namun, tiba-tiba pintu kamar Alina terbuka, membuka Zee yang sudah bergerak untuk mendobrak pintu kamar Alina pun terjatuh karena pintu terbuka begitu saja.

Alina pun dibuat menahan tawanya atas tingkah Zee tersebut, sedang Aurora sudah memandang Zee malas sambil membantu Zee untuk bangun dari posisinya.

Zee pun kini sudah meringis sambil mengeluh. "Aduh. Sialan." umpat Zee.

my love single mother √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang