Bianca kini tengah membagikan undangan ulang tahunnya ke teman-teman kantornya. Setelah selesai membagikan undangannya dan tersisa 1 undangan lagi untuk Zee, Bianca pun pergi menghampiri Zee yang kini berada di studionya.
Setelah menyerahkan undangannya Zee, Bianca pun memilih untuk singgah sejenak di studio Zee.
"Kok tanggal 11, Bi? Kan ultah lo tanggal 7," tanya Zee setelah melihat undangan Bianca tersebut.
"Gue mau ke makam nyokap dulu, abis itu mau ke jepang. Gue pas-in juga tanggalnya sama hari weekend biar pada bisa dateng semua."
"Berarti hari H lo ulang tahun di jepang?"
"Iya. Papah gue mau adain acara di sana juga katanya. Sekalian jadi ajang gue kenalan sama kolega-koleganya palingan. Karena para tamu undangannya gak jauh-jauh dari itu,"
Zee pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Anak bos," ejek Zee yang mendapatkan toyoran di kepalanya dari Bianca.
"Oia, Zee ,Gue juga berencana buka production house sendiri di sana," ucap Bianca setelahnya.
"Serius!?" antusias Zee seakan tak percaya.
"Iya, tapi pake label Horse house. Gue udah ngomong sama bos Kendrick,"
"Terus hasilnya?"
"Lagi dipertimbangkan. Tapi gue si berharapnya bos Kendrick setuju, biar gue bisa jadikan itu sebagai batu loncatan untuk Aurel dan untuk Horse house juga."
"Kenapa gak buat label production house sendiri?"
"Horse house tempat gue tumbuh dan berkembang. Bagaimana bisa gue meninggalkan Horse house dengan gue bikin label baru. Gue merasa jadi penghianat, Zee."
Zee pun mengangguk mengerti. Tak lama wajahnya pun berubah menjadi sendu. "Lo bakal pindah ke jepang?"
"Belom tau lah. Kan masih dipertimbangkan juga. Liat nanti ajalah, kalo cocok di sana gue bakal menetap di sana. Kalo enggak, ya gue bakal tetap stay di sini."
"Kalo lo pindah gue ikut,"
"Ah, lo si ngikutin gue terus dari dulu. Kali-kali kita pisah, bosen gue sama lo terus."
"Sial. Gue juga bosen sama lo."
Gurau keduanya yang akhirnya sama-sama tertawa.
"Cari cewek jepang di sana, Bi. Hot semua," ucap Zee dengan gerakan menggoda.
"Najis, lo!" umpat Bianca.
Zee pun kini sudah meledakkan tawanya karena merasa lucu dengan ekspresi Bianca. "Mau kado apa?" tanya Zee setelah tawanya reda. Karena menurutnya, dari pada ia pusing memikirkan ingin memberikan apa dan nantinya tidak cocok, lebih baik ia bertanya langsung.
"Ferrari boleh, BMW boleh, jet pribadi boleh," gurau Bianca.
"Minta bapak lo!"
"Kan duit lo banyak, Zee,"
"Banyakkan duit bapak lo."
Keduanya pun sama-sama terkekeh.
"Lo undang Alina?" tanya Zee setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?