Keesokan harinya Bianca benar-benar mampir ke tempat tinggal Aurel setelah ijin ke papahnya untuk meliburkan Aurel hari ini.
"Mau minum, kak?" tawar Aurel saat Bianca baru mendudukkan dirinya di tempat tinggalnya yang minimalis namun pas untuk satu orang tersebut.
"Seperti biasa,"
"Ice americano satu," ucap Aurel dan Bianca secara bersamaan setelahnya gelak tawa mereka pun terdengar. "Hahaha,"
"Ternyata minuman kakak masih sama."
"Dan ternyata kamu masih ingat,"
"Ingat kamu mah hal yang mudah kak, lupain kamu tuh baru susah,"
Bianca pun hanya tersenyum manis saja mendengar kata-kata Aurel tersebut.
Setelahnya Bianca pun mengendarkan pandangannya ke setiap sudut tempat tinggal Aurel tersebut. "Orang tua kamu mana, Rel?" tanya Bianca saat tak menjumpai kedua orang tua Aurel tersebut.
"Orang tua aku tinggal di pedesaan. Dan aku mengutuskan untuk tinggal di kota sendiri agar lebih dekat sama kantor dan dekat kalo aku mau kemana-mana,"
Selesai membuat minuman Aurel pun duduk bergabung dengan Bianca seraya meletakkan dua gelas minuman di atas meja.
"Kamu betah tinggal sendiri? Udah gak takut hantu? Udah bisa masak sendiri?" tanya Bianca secara beruntun diselingi dengan nada seakan meledek.
"Ihhh, kakak! Stop ngeledek aku." rajuk Aurel.
"Aku gak ngeledek, aku bertanya," ucap Bianca diiringi oleh tawa kecilnya.
"Aku masih takut hantu, makanannya tangihan listrik aku membengkak karena aku nyalain lampu seterang masa depan. Dan sekarang skill memasak aku udah lumayan, walau masih ke asinan dikit, dikit doang tapi. Dan kakak gimana masih suka marah kalo makan makanan gak enak?"
Bianca menggelengkan kepalanya dengan senyuman manis bercampur sendu. "Aku udah gak pernah marah soal itu, bahkan aku udah gak pernah berkomentar. Karena aku takut seseorang jadi gak mau masak lagi untuk aku." ucap Bianca mempunyai pesan tersirat.
"Kakak tenang aja, aku udah mau kok masak untuk kakak lagi. Dan kakak udah gak akan bisa marah dengan masakan aku, karena masakan aku sekarang udah enak." ucap Aurel percaya diri.
"Aku terima, Rel, aku gak akan marah kayak dulu. Karena aku belajar setelah kehilangan kamu, aku harus menghargai orang tersebut sebelum aku harus kehilangan orang itu dulu."
"Aku juga banyak belajar dari kakak. Kalo bawa anak orang gak boleh sampe berhari-hari, nanti takutnya dilaporin atas kasus penculikan sama orang tuanya. " gurau Aurel.
"Hahahaha," tawa mereka sama-sama meledak mengingat hal konyol pada ingatan mereka.
"Mana gitarnya?" tanya Bianca setelahnya.
"Oh ya, tunggu." Aurel pun mengambil gitar dari kamarnya. Tak lama Aurel pun kembali dengan membawa gitar lalu ia pun menyerahkannya kepada Bianca.
"Mau lagu apa?" tanya Bianca saat sudah gitar tersebut berada di tangannya.
"Location unknown,"
Bianca pun menganggukan kepalanya. Kemudian ia mulai memainkan nada dari sebuah lagu yang disebutkan oleh Aurel tadi.
Travelling places I ain't seen you in ages
(DI tempat bepergianku, aku sudah lama tak melihatmu)
But I hope you come back to me
(Namun kuharap kau kembali padaku)
My mind's running wild with you faraway
(Pikiranku berjalan liar jauh bersamamu)
I still think of you a hundred times a day
(Aku masih memikirkanmu ratusan kali)
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?