Kini Bianca sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Alina, Karena Alina menyuruhnya untuk ke rumahnya tadi. Namun, entah mengapa firasat Bianca merasa tidak enak di sepanjang perjalanan.
"Apa Alina udah tau apa yang gue lakuin ke dia? Ah, gak mungkin, kan kemarin gue udah ketemu dia dan dia gak inget apa-apa." ucap Bianca pada dirinya sendiri sambil mengendarai mobilnya dengan sangat pelan.
Jujur saja, setelah kejadian malam itu, ia tak berani untuk bertemu Alina. Karena perasaan was-was dan gugup selalu meliputi dirinya. Belum lagi, setelah kejadian malam itu otaknya selalu memutar kejadian itu secara otomatis membuat nafsunya naik seketika.
Sesampainya di rumah Alina, Bianca pun langsung memasuki rumah Alina yang tak terkunci itu. Hingga terlihat lah sosok Alina yang berjalan dengan langkah terburu-buru penuh emosi menghampiri dirinya.
Plakk
Satu tamparan keras di pipi Bianca ia dapatkan dari Alina yang kini terlihat emosi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Bianca pun hanya bisa memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Alina. Dengan rasa panas yang ia rasakan di sekitar pipinya tersebut.
Sakit sekali, tapi melihat Alina menangis saat ini jauh lebih sakit untuknya.
"Jujur! Apa yang terjadi malam itu!?" tanya Alina dengan nada tinggi.
Jleb
Jantung Bianca rasanya berhenti seketika atas pertanyaan Alina tersebut. Kini dirinya pun sudah meluruhkan dirinya untuk bertekuk lutut di hadapan Alina.
"Bilang, Bi! Bilang! Kenapa kamu bohong!? Kenapa aku harus cari tau sendiri dulu!? Kenapa kamu ngelakuin hal menjijikan itu ke Aku, Bi!?" emosi Alina sambil menggoyang-goyangkan bahu Bianca yang kini tengah bertekuk lutut di hadapannya.
"Maaf, Al. Maaf, ini salah aku," ucap Bianca dengan gemetar karena tangisannya, Bianca pun kini hanya bisa meminta maaf kepada Alina tanpa pembelaan sedikitpun.
"Pergi kamu! Dan jangan pernah kamu menginjakkan kaki kamu di rumah aku lagi! Dan jangan pernah panggil nama aku dengan mulut kotor kamu itu lagi!" Alina pun menghempaskan kakinya guna menjauhkan Bianca yang tengah memeluk kakinya memohon permintaan maaf darinya.
Alina pun menarik kalung pemberian Bianca yang ia berikan saat Alina ulang tahun beberapa waktu lalu, lalu melemparkannya ke arah Bianca dengan kondisi kalung yang hancur karena ditarik secara paksa.
Bianca hanya menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar hebat, menatap sendu serpihan kalung yang jatuh ke atas lantai tersebut.
"Pergi!" usir Alina sambil mendorong tubuh Bianca.
Setelah memunguti serpihan kalung yang hancur itu dengan air mata yang terus menetes jatuh ke atas lantai, Bianca pun akhirnya bangkit berdiri dengan masih menundukkan kepalanya dan masih dengan air mata yang keluar dari matanya, karena menyesali perbuatannya. Perlahan, Bianca pun pergi meninggalkan rumah Alina.
Seperginya Bianca, Alina meluruhkan dirinya di atas lantai sambil menangis kejar meremas rambutnya karena masih tidak menyangka dengan apa yang ia lakukan dengan Bianca. Hal menjijikan itu bisa ia lakukan dengan Bianca yang notabennya sama-sama wanita dengannya. Alina benar-benar merasa jijik dengan dirinya saat ini.
Sedari siang Alina hanya bisa menangis setelah melihat hasil cctv yang berada di rumahnya tersebut. Setelah bingung harus mendapatkan kejelasan dari mana, akhirnya Alina pun baru kepikiran untuk mengecek cctv rumahnya. Jantungnya pun dibuat berhenti seketika setelah melihat hasil dari cctv tersebut. Ia benar-benar tidak menyangka yang melakukan hal itu adalah Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?