"Remember me?" tanya Bianca pada bocah laki-laki yang kini berdiri dihadapannya, dengan baju yang basah karena keringat, dan wajah yang walau tampak lelah namun masih sangat tampan.
Bocah laki-laki itu menatap Bianca sendu. "Kakak," gumam bocah laki-laki itu setelah lama tampak berpikir sambil meneliti wajah Bianca.
Bianca pun langsung membawa Miel kedalam pelukannya, dengan memeluknya erat. Ya, bocah laki-laki yang tumbuh semakin besar itu adalah Miel.
"Kakak kemana aja?" tanya Miel yang kini masih berada di dalam pelukan Bianca.
"Ada. Maaf ya, karena sibuk kerja jadi lupa sama kamu," jawab Bianca sekenanya. Tentu saja, ia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada Miel.
Setelahnya Miel pun melepaskan pelukan mereka. "Aku kangen kakak," ucap Miel dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hey, jangan nangis. Kakak kan udah ada disini sama Miel," ucap Bianca sambil menghapus air mata Miel yang mulai luruh.
"Kakak gak akan pergi lagi?"
"Iya." ucap Bianca sambil merangkul pundak Miel. "Udah jangan nangis. Gimana sebagai gantinya besok kita jalan-jalan," hibur Bianca.
"Kemana?"
"Kemanapun yang kamu mau."
~~~
Keesokan harinya sehabis jalan-jalan berdua dengan Bianca, kini wajah Miel tampak cemberut, karena mainan yang tadi dibelinya dengan Bianca tak sengaja dihancurkan oleh Alisha.
Miel tak bisa marah pada Alisha, makanya kini ia hanya bisa diam sambil menahan amarahnya.
"Makanya Alisha nya dijagain yang bener dong, mom! Mainan aku kan jadi rusak!" omel Miel pada Alina.
"Miel!" bentak Bianca menatap Miel tajam. "Gak sopan bicara gitu sama mommy. Mainan bisa dibeli lagi, tapi kamu gak boleh ngomong kasar gitu ke mommy." tegas Bianca.
Karena merasa takut dengan Bianca, Miel pun kini hanya mampu menundukkan kepalanya ketakutan. Sebelumnya, Bianca tak pernah marah sampai seperti ini pada Miel, ini pertama kalinya Miel merasakan kemarahan Bianca yang separah ini padanya. Dan itu membuatnya benar-benar syok dan ketakutan.
"Kakak gak sayang lagi sama aku," ucap Miel dengan suara isak tangis yang mengiringi.
Seakan sadar bahwa emosi sudah meliputi dirinya, Bianca pun menghela napasnya dalam guna meredakan emosinya.
"Maaf ya, kakak kelepasan. Kakak sayang sama kamu, gak ada yang berubah. Cuma kakak gak suka kamu bentak mommy, itu gak baik." ucap Bianca memberi pengertian pada Miel sambil mengusap surai rambut Miel.
"Maaf, kak,"
"Kok minta maaf nya ke kakak, minta maaf sama mommy dong."
Miel pun mendekatkan dirinya pada Alina dan langsung masuk kedalam pelukan Alina. "Maaf mommy, aku gak sengaja, aku cuma kesel karena mainan aku rusak." sesal Miel.
Tangan Alina pun tergerak untuk mengusap surai rambut Miel. "Iya, sayang. Maafin mommy juga ya gak liatin adiknya, jadinya mainan kamu rusak. Besok mommy janji deh, mommy bakal beliin lagi."
"Makasih, mommy," Miel pun memberikan satu kecupan di pipi Alina setelahnya.
"Pinter, itu baru ce'es kakak," ucap Bianca sambil mengusap puncuk kepala Miel.
~~~
Setelah menidurkan Alisha, Alina pun kembali ke bawah guna menghampiri Bianca yang masih setia duduk di sofa yang berada di ruang tamu rumah Alina, yang kini tampak Bianca sedang memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?