Sudah beberapa hari ini Bianca menghilang. Jangankan untuk berkunjung ke rumah Alina, menghubungi Alina saja tidak. Karena tak ingin bertele-tele dengan menghubungi Bianca lewat ponsel, Alina pun langsung datang menghampiri Bianca ke tempat kerjanya.
"Ngapain, dokter?" tanya Aurora saat berpapasan dengan Alina di lorong kantor Horse house menuju studio Bianca.
"Mau ketemu Bianca,"
"Loh, Bianca nya gak ada, dok. Dia kan ke jepang sama bos Kendrick."
"Ke jepang?" tanya Alina memastikan dengan nada yang sudah sangat terkejut.
Aurora menganggukkan kepalanya.
"Ke jepang untuk syuting?" pikiran Alina tak mau kemana-mana dengan berpikir Bianca pergi ke jepang untuk menemui orang yang bernama Aurel itu, yang Alina tau ia juga ada di jepang. Jadi ia bertanya hanya untuk memastikan hal yang ia duga itu tidak benar adanya.
"Pembangunan cabang Horse house, dok. Tapi 70% sahamnya punya Bianca, jadi dia sama bos Kendrick yang pantau ke sana,"
"Untuk apa buka production house di sana?"
"Aurel kan di sana, dok. Bianca buka itu untuk batu loncatan Aurel," celetuk Leo yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan Alina dan Aurora.
"Le!" tegur Aurora karena Leo berbicara secara blak-blakan yang Aurora tau itu sudah melebihi batas mereka untuk membicarakan hal itu kepada Alina. Tanpa seizin Bianca terlebih dahulu.
"Emangnya ada hubungan apa sih mereka?" tanya Alina penasaran dengan nada yang kini sudah terdengar kesal.
"Kalo itu dokter tanya langsung sama Bianca aja. Atau sama Zee, Zee lebih tau dibandingkan kita." jawab Aurora tak ingin salah berbicara mengenai hal yang bukan urusannya.
"Oh gitu. Yaudah, Rel, Leo, makasih ya,"
Setelahnya Alina pun memutuskan untuk beranjak pergi dengan perasaan yang kini benar-benar kesal, mendengar penuturan dari Leo tadi.
Sepulangnya Alina dari Horse house, Alina dibuat uring-uringan. Sudah Bianca yang pergi tanpa memberinya kabar, kini malah ia mengetahui fakta bahwa Bianca membuka production house untuk Aurel.
Dengan perasaan yang masih kesal, Alina pun langsung menyentuh layar ponselnya dengan kasar guna menelpon Bianca.
"Halo," ucap Bianca dari sebrang telpon sana.
"Kok kamu gak bilang ke aku kalo ke jepang?" ucap Alina dengan nada tidak santai.
"Emang perlu?" tanya Bianca dengan polosnya. Yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Alina, hingga membuat Alina semakin kesal dibuatnya.
"Tau ah!" kesal Alina yang langsung memutuskan panggilan telpon tersebut.
Biancasyg
Al, maaf, aku belum terbiasa untuk itu.
Aku akan biasakanAlina yang membaca pesan dari Bianca itu hanya membanting ponselnya kesal tanpa membalasnya terlebih dahulu. Terlambat, kini dirinya sudah merasa marah.
~~~
Bianca sendiri di sana menjadi gelisah. Ternyata setelah berhasil memiliki Alina, meninggalkannya seperti ini malah membuatnya susah. Ia jadi tersiksa rindu setiap saat.
Bukan Bianca tak mau menghubungi Alina, hanya saja ia pikir itu tak penting, karena ia takut justru itu mengganggu Alina yang sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?