Wajah Alina kini terlihat cemberut. Usai Bianca bangun dari tidurnya, ia langsung pergi begitu saja. Hingga dikeesokan harinya, Bianca malah tak memunculkan dirinya dan tidak ada kabar sama sekali. Padahal Bianca sudah berjanji akan memberikan Alina hadiah dan Alina sudah benar-benar menunggu hadiah dari Bianca itu.
Hingga tiba-tiba saja, si pelaku yang sudah membuat Alina badmood itu muncul. Bianca langsung masuk ke dalam rumah Alina begitu saja. Menghampiri Miel dan juga Alisha yang kini tengah makan malam, dan menciumi mereka satu persatu.
"Abis makan kakak punya hadiah buat kalian." kemudian Bianca pun melirikkan matanya ke arah Alina. "Terutama buat mommy,"
"Sekarang aja," ucap Alina yang nampak kesal dan sudah tak sabar itu.
"Iya, sekarang aja, kak, aku udah gak sabar." ucap Miel antusias.
Bukannya segera memberitahu apa hadiah nya, Bianca malah mendudukkan dirinya. "Nanti aja. Sekarang kakak laper. Sendokin please," ucap Bianca sambil menyodorkan piring kosongnya kepada Alina.
Tanpa berkomentar lagi, Alina pun langsung menyendokkan nasi beserta lauknya untuk Bianca.
Sambil menunggu Alina menyendokkan makanan untuknya, Bianca memperhatikan bagaimana Alisha makan, dan sesekali Bianca akan membantu Alisha jika Alisha sulit untuk mengambil makanannya.
"Kakak suapin ya," ucap Bianca yang mulai tak tega melihat Alisha tampak kesulitan untuk makan sendiri.
"Jangan, dia lagi latihan. Kamu mah kebiasaan manjain anak-anak mulu." omel Alina membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk menyuapi Alisha. "Nih kamu makan aja makanan kamu," ucap Alina sambil meletakkan piring yang sudah berisikan makanan ke hadapan Bianca.
Seusai makan, mereka pun berkumpul di ruang tamu, dengan Alina dan juga Miel yang sudah duduk diantara Bianca menunggu hadiah yang sudah dijanjikan oleh Bianca dengan tidak sabarnya.
Dengan sama antusiasnya, Bianca pun mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Jeng, jeng! Tiket pesawat ke Jepang." ucap Bianca sambil menunjukkan tiketnya.
"Kita ke Jepang, kak!? Yeayy!" sorak Miel senang. "Aku udah kangen banget sama oma opa bang Eren."
"Kamu masih inget?"
"Masih."
"Opa, oma, bang Eren, juga udah kangen banget sama kamu,"
Setelah merasa puas dengan reaksi Miel yang terlihat antusias dan senang, pandangan Bianca teralihkan kepada Alina yang masih diam seusai mengamati tiket yang Bianca berikan itu.
"Udah malam, sekarang kita tidur yuk," ajak Bianca. Bianca pun langsung mengendong Alisha, sedang Miel mengikutinya dari belakang.
Alina masih terdiam di tempatnya, sambil memperhatikan tiket yang diberikan oleh Bianca yang kini tergeletak di meja. Memilih tak memikirkan sesuatu yang mengganggu pemikirannya itu, Alina pun menyusul yang lainnya.
"Buaya makan si kancil-" Bianca yang sedang membacakan dongeng sebelum tidur untuk Alisha dan Miel itu pun harus terpotong karena kehadiran Alina.
Alina langsung ikut bergabung menidurkan dirinya di samping Miel. "Kok gak dilanjutin bacanya?" tanya Alina saat melihat Bianca yang kini masih terdiam tak melanjutkan kegiatannya tadi.
"Alisha udah tidur,"
Alina melihat ke arah Alisha yang kini sudah tertidur dipelukan Bianca. "Tumben dia bisa tidur tanpa ngedot dulu," heran Alina.
"Aku juga mau tidur. Good night, kak. Good night, mommy." ucap Miel sambil mencium pipi Bianca dan juga Alina secara bergantian.
Seusai Miel tertidur, tangan Bianca pun tergerak untuk mengelus lengan Alina. Membuat Alina yang mendapat perlakuan seperti itu pun menolehkan kepalanya ke arah Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?