Selesai meeting dengan klien, kini Bianca dan Aurel pun memilih singgah di salah satu restoran yang berada di Korea untuk makan siang.
"Rel, kayaknya aku gak bisa terus-menerus menetap di jepang dan pergi-pergi kayak gini," ucap Bianca disela-sela kegiatan makan mereka.
Aurel mengerutkan keningnya seraya meletakkan sendoknya di atas piring, memilih fokus dengan Bianca sang lawan Bicara. "Maksud, kakak?"
"Ada seseorang yang gak bisa aku tinggal lama-lama,"
Aurel menganggukkan kepalanya mengerti. Aurel tahu itu, karena beberapa kali Aurel mendapati Bianca tengah menghubungi seseorang yang Aurel tahu itu adalah kekasih dari Bianca sekarang. Karena nada bicara Bianca yang terdengar mesra dan gerak-gerik Bianca yang tampak senang ketika menghubungi seseorang tersebut. Walau sesudahnya, Bianca pasti akan terlihat murung setelah selesai menghubungi seseorang tersebut.
Dan Aurel juga tahu, kekasih dari Bianca itu selalu meminta agar Bianca untuk segera pulang. Aurel tahu, pasti tak nyaman untuk Bianca berjauhan dari kekasihnya seperti ini.
"Lalu langkah apa yang mau kamu ambil?"
Bianca terdiam sejenak, tampak berpikir. "... Kalo aku minta papah buat balik lagi ke perusahaan itu gak mungkin, keadaan papah sekarang gampang sakit."
Aurel menganggukkan kepalanya setuju.
"Aku berniat, mencari orang yang bisa aku percaya dan aku andalkan."
Atas ucapan dari Bianca tersebut, Aurel pun mengerutkan keningnya. "Siapa?" tanya Aurel penasaran.
Bianca menggelengkan kepalanya. "Belum tau," jawab Bianca lemas.
"Yah, gimana si kak," ucap Aurel yang kini juga ikut lemas. Ia pikir Bianca sudah tahu siapa orang yang akan ia beri kepercayaan, ternyata dirinya baru memikirkan itu tanpa tahu siapa orang yang akan ia beri kepercayaan itu nantinya.
"Siapa ya, Rel?"
"Siapapun orangnya, aku harap itu adalah orang yang benar-benar kamu percaya, kak. Atau kamu akan menyesal dengan langkah yang kamu ambil sendiri."
Bianca menganggukkan kepalanya. Ia tahu pasti akan itu, makanya ia tak akan mencari sembarangan orang untuk ia beri kepercayaan sebesar itu. Atau jika tidak dapat, sepertinya ia harus terpaksa terbiasa melakukan hal seperti ini, dan ia juga harus terbiasa berjauhan dari Alina terus-menerus. Dan satu yang menjadi permasalahan terbesar adalah, apakah Alina mau jika terus-menerus seperti ini? Pikirnya.
Ting!
Bunyi notifikasi chat masuk dari ponsel Bianca berbunyi.
MommynyaMiel
Aku udah di jepang
Satu pesan dari Alina mampu membuat Bianca membelalakkan matanya terkejut. Tanpa berlama-lama lagi, Bianca pun segera melakukan panggilan telpon dengan Alina yang langsung diangkat oleh Alina.
"Kamu dimana?" tanya Bianca saat panggilan telpon tersebut berhasil tersambung.
"Di bandara,"
"Oke, kamu jangan kemana-mana ya."
Setelah panggilan telpon tersebut terputus, Bianca pun kembali menelpon seseorang yang tak lain adalah papahnya.
"Halo, pah,"
"Iya, sayang. Ada apa?"
"Alina di bandara, tolong jemput ya. Bawa ke rumah dan jangan kasih Alina untuk kemana-mana sebelum aku datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
my love single mother √
General Fictionjatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jadinya jika seorang perempuan yang mencintai seorang single mother tersebut?