BAB 5: Tempat donat

22 3 2
                                    

Maaf ya, kalau aku suka cari perhatian ke kamu. Karena dari kecil aku tidak tahu rasanya di apresiasi, pencapaianku dianggap hal kecil oleh mereka.

***

"Nad, ini buku-buku kamu pelajari, ya, minggu depan kamu akan saya ambil jadi bagian olimpiade geografi," ucap Bu Lala.

Aku hanya meneguk saliva saja melihat setumpuk buku tebal tentang pelajaran geografi. Sebenarnya ini pelajaran kesukaanku, tapi kalau melihat banyak buku pelajaran, rasanya mual sekali.

"Baik, Bu, nanti Nada pelajarin di rumah."

"Oh iya satu lagi, nanti kamu diajarin oleh Rama, ya, tahun lalu dia juara satu olimpiade ini, semoga kamu juga bisa mengikuti jejak dia, ya."

Kenapa harus Rama? Kayaknya Tuhan tahu kalau aku sedang menjauhi Rama. Huft, bagaimana ini?

"Iya, Bu, nanti Nada belajar sama dia."

"Yaudah, kalo gitu Ibu ke kantor dulu. Jangan lupa pahami materinya." Aku mengangguk. Mungkin ini salah satu cara agar aku bisa mendapatkan perhatian dari bunda sama ayah.

Aku langsung memasukkan buku-buku itu ke dalam tas. Bel tanda pulang sudah berbunyi dari tadi, dan seperti biasa aku masih menetap di kelas. Sekarang aku bergegas untuk pulang.

Saat berjalan di koridor, aku dikejutkan oleh tepukan di bahuku.

"Setan!" Aku langsung balik badan, melihat orang yang mengejutkanku. Sial, aku ini memang kagetan, apalagi suasana sekolah sangat sepi.

Pelakunya hanya tersenyum salah tingkah ketika aku menatapnya dengan tajam, lalu dia menjulurkan kedua jarinya sebagai tanpa damai. Siapa lagi kalau bukan si Rama.

"Hehe, sorry."

Aku tidak memedulikannya, aku tetap lanjut melangkah untuk keluar dari sekolah. Ternyata dia juga berjalan di sampingku.

"Nad, pulang bareng, yuk," ajaknya.

"Aku naik angkot aja," tolakku.

"Ayolah, Nad, sekalian kita belajar bareng, pasti lo disuruh sama Bu Lala buat belajar bareng gua, kan?"

Aku menghentikan langkahku, sekali lagi aku menatapnya dengan tajam. Aku menghembuskan napas dengan kasar. "Mau belajar di mana?"

"Gimana kalau tempat donat favorit lo?"

Ya, aku memang punya tempat favorit ketika ingin menyendiri atau pengen belajar di luar. Tempat donat namanya, menjadi salah satu list yang memang harus ku kunjungi minimal sehari sekali. Dan, memang Rama sering aku ajak ke sana.

"Yaudah."

Kami berdua berjalan bersama menuju parkiran motor.

Selama di perjalanan aku masih memikirkan sikap Rama yang sering dejavu. Apa memang aku harus menjauhinya? Tapi, kenapa ada saja hal yang memang buat kita dekat lagi.

Ncitttt....

Wajahku menubruk helm Rama ketika dia tiba-tiba mengerem mendadak.

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang