BAB 10: Hanya sebuah permintaan

17 3 0
                                    

"Nad, aku beneran lelah, lelah harus merindukanmu."

~Melvin Aditama

Aku tersenyum kecil membaca sepucuk surat dari Melvin. Sikapnya yang tidak berubah ini membuatku melupakan kegundahanku dengan Rama.

Astaga, aku hampir lupa. Bagaimana dengan olimpiadeku? Apa Rama lupa untuk mengajariku? Tapi hubungan kita sedang tidak baik. Huft, aku harus apa? Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Sepertinya aku memang sangat bergantung kepadanya.

Tiba-tiba terdengar suara decitan kursi di hadapanku. Aku melepaskan kedua tanganku untuk melihat siapa yang baru saja duduk di depanku. Kali ini aku sangat terkejut, bagaimana bisa dia benar-benar ada? Baru saja memikirkannya.

"Kita lanjutin belajar yang kemarin itu," ucapnya lalu menggeser bukuku ke dekatnya lalu mulai menjelaskan materi-materi yang bakal keluar di olimpiade nanti.

Aku hanya menatapnya, bagaimana bisa aku jatuh cinta ketika tahu dia tidak mencintaiku.

"Paham?" tanyanya membuatku tersadar kembali.

"Eh?"

"Dari tadi lo nggak dengerin gua jelasin materi?"

"Dengerin kok," jawabku yang langsung menunduk. Mataku tidak sanggup untuk bertatap dengannya. Terdengar helaan napas kasar darinya.

Rama memegang kedua tanganku. "Nad, pliss jangan ngehindar dari gua, lo tau gimana nggak bisanya gua tanpa lo?"

"Maaf, Kak, sepertinya aku harus pulang, takut dicariin ayah," ucapku yang buru-buru melepaskan genggaman tangannya, lalu kubereskan buku-bulu yang ada di meja dan kumasukkan ke dalam tas.

Baru saja aku melangkah, kini langkahku terhenti mendengar perkataan Rama.

"Nad, gua harus apa biar lo nggak jauhin gua kayak gini?"

Cintai aku, Kak, aku ingin cintaku terbalaskan, batinku.

"Kak Rama nggak bakal bisa ngelakuin apa yang aku minta, jadi stop menawarkan diri," kataku lalu melanjutkan langkah untuk keluar dari tempat ini.

***
Next?

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang