BAB 18: Ketemu orang baru

7 2 0
                                    

Bandung, 5 Januari 2018

"Nada, kamu sudah siap?" tanya Mamah Prita dari luar kamar.

"Sudah, Mah." Begitulah jawabku, sebelum melangkah keluar, aku kembali melihat diriku di depan cermin, memastikan apa yang aku kenakan. Rambut yang dikepang dua dengan atasan putih dan celana kulot  hitam.

Pintu terbuka, ternyata Mamah Prita menunggu di depan pintu kamarku. "Kamu cantik sekali, Nada, mirip Bunda kamu," ucapnya dengan mata yang mengembun. Aku segera memeluk Mamah Prita.

Kedekatan antara Mamah Prita dan Bunda Salsa memang tidak bisa ditangkis. Bahkan bisa dibilang mereka tidak pernah bermusuhan. Kepergian Bunda Salsa tidak pernah kami duga, kecelakaan yang terjadi membuat dua keluarga berkabung selama sebulan. Tidak ada yang beraktifitas. Termasuk Ayah, dulu sebelum Bunda Salsa meninggal, Ayah sangat menyayangiku. Dia sendiri yang menyalahkan dirinya ketika diriku terluka sedikit, berbeda dengan sekarang yang bahkan aku dibuang olehnya. Sungguh miris.

"Makasih, Mah, Mamah juga cantik kok, melebihi Dian Sastro," kataku dengan menghibur.

Mamah Prita langsung melepas pelukanku. "Kamu ini ada-ada saja, yaudah kita berangkat sekarang, ya, takut telat, soalnya Mamah nanti ada arisan. Oh iya, kamu mau ikut temenin Mamah arisan?"

"Hem, boleh lah, sekalian jalan-jalan menikmati udara Bandung."

"Oke kalau gitu, yuk."

Kami berjalan menuruni tangga secara bersamaan.

"Mbak Eti!"

"Iya, Bu?"

"Saya sama Nada ingin ke sekolah Melvin, nanti kalau Ayah saya nanya bilang aja begitu, ya."

"Siap, Bu."

Aku dan Mamah Prita kembali melanjutkan langkah kami menuju mobil.

***

Selepas dari kantor sekolah. Mungkin ini jam istirahat. Banyak murid yang ada di koridor, menatapku dan juga Mamah Prita dengan tatapan mengejek. Aku melihat Mamah Prita dengan santainya berjalan. Aku samakan langkahku dengannya.

Tiba-tiba Melvin muncul di hadapan kami. "Mah, ngapain Mamah ke sini?"

"Mamah ingin masukin Nada di sekolah kamu, biar kamu bisa jagain Nada."

"Oh, yaudah kalau gitu aku mau ke kelas, Mah."

Pandangan mata Melvin tidak lepas dari diriku. Dia melewatiku, tetapi berhenti sejenak, lalu dia bilang, "Cantik," katanya dengan suara pelan yang masih bisa di dengar. Aku segera menoleh, tatapan kami bertemu, bahkan deru napasnya bisa aku rasakan di wajahku.

Senyum manis yang ditujukan padaku sangat berbeda dengan wajah yang memerah, dia langsung pergi. Apa dia merasa salah tingkah? Aku senyum-senyum sendiri melihat wajahnya.

"Nada, ayo!"

Aku langsung tersadar, ternyata Mamah Prita sudah jalan duluan. Buru-buru aku langsung melangkah cepat menghampiri Mamah Prita.

***

Saat ini aku sedang berada di mobil bersama Mamah Prita. Biasanya Mamah Prita selalu memakai supir, tetapi kali ini dia tidak mau. Katanya, "Saya ingin berdua aja sama Nada, melepas rindu."

Siapa coba yang tidak geleng-geleng mendengar ucapan Mamah Prita. Usia boleh saja hampir setengah baya, tetapi kalau gaya jangan di tanya, melebihi anak muda sekarang. Piece, Mah.

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang