"Akan kupastikan, aku akan menjadi kenangan yang tidak pernah kau temukan kembali."
***"Nad, tunggu!"
Ternyata Rama mengejarku, apa memang dia mencintaiku? Aku segera menghentikan langkahku lalu memutarkan tubuhku ke belakang.
"Plis, apapun yang lo minta ke gua, gua bakal kabulin, asal jangan pernah jauh dari gua, Nad."
Rama mengenggam tanganku seolah tidak ingin melepaskanku. Isyarat matanya menatapku dengan penuh harap.
"Kak Rama benar ingin menuruti permintaanku?"
Rama mengangguk. "Apapun itu gua lakuin, asal lo ada di samping gua."
"Cintai aku, Kak."
Entah darimana aku mempunya keberanian untuk mengatakan itu. Bahkan netra hitam milim laki-laki yang ada di hadapanku membulat, terkejut dengan pengakuanku. Genggaman tanganya perlahan melepas. Sungguh aku sangat kehilangan kehangatan ini.
"Nad, kamu?"
Aku mengangguk. "Kenapa, Kak? Nggak bisa melakukannya?"
"Cinta nggak bisa dipaksakan, Nad, dan lo juga tau kita cuma sahabatan."
Aku tertawa miris. "Memang kita cuma sahabat, Kak, aku tau itu. Tapi sekarang aku bingung, sikap Kak Rama yang buat aku kayak gini. Aku bingung, karena di antara rumahku yang berantakan, hanya rumah Kak Rama yang bisa ku datangi. Sikap Kak Rama yang membuat aku terjebak di hubungan tidak jelas ini. Sekarang aku sadar sekaligus tidak paham dengan hubungan ini akan dibawa ke mana, satu tahun loh, Kak Rama, bersikap seolah aku adalah pacar Kak Rama. Menurut Kak Rama, kita lagi jalanin hubungan atau nggak, selain sahabat? Aku capek, Kak, jadi orang bodoh terus berpura-pura kuat, padahal hatiku sangat hancur. Kalau memang kayak gini terus, lebih baik sudah aja. Aku nggak kuat untuk mencintai seseorang, aku juga ingin dicintai. Terima kasih, Kak, untuk waktunya selama ini. Aku harap buat kedepannya, Kak Rama bisa menemukan seseorang yang bisa memahami arti sikapmu, Kak. Aku pergi dulu."
Aku beranjak meninggalkan Rama. Helaan napas lega ku hembuskan. Terasa ringan setelah mengucapkan isi hati yang telah lama dipendam.
Memutuskan hubungan yang tidak pernah dimulai adalah suatu hal yang tidak pernah aku pikirkan sampai saat ini.
Melepaskan seseorang kali ini bukannya aku tidak sayang, melainkan sangat sayang. Saking sayangnya aku ke dia, aku harus mengikhlaskan untuk melepaskan dia dari hidupku. Ingat, Nada, bukan kamu yang dia mau.
Langkahku semakin berat untuk pulang ke rumah, perasaanku sangan tidak enak. Hatiku berkata jangan pulang hari ini, dan baru kali ini aku merasa gelisah.
Tin... Tin..
Aku segera meminggirkan tubuhku ke pembatas jalan ketika mendengar suara klakson mobil. Tunggu, itu bukannya mobil milik Melvin?
Kaca mobil terbuka, terlihat wajah Melvin dengan kacamata hitamnya. "Nad, mau pulang? Yuk, aku antar?"
Aku menggeleng. "Nggak usah, Vin, biar aku jalan aja."
Terlihat Melvin menutup kaca mobil, lalu membuka pintu mobil dan menghampiriku.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Habis nangis?"
Aku segera menyeka mataku. Melvin memang tidak berubah, dia bisa tahu keadaanku.
"Ayo, kita jalan-jalan dulu sebelum antar kamu pulang," kata Melvin menarik tanganku, dia membukakan pintu mobil untukku. Setelah memastikan aku masuk ke dalam mobilnya, terlihat Melvin berlari kecil memutari mobil depannya untuk masuk.
Selama diperjalanan, aku dan Melvin sama sekali tidak berbicara. Hanya terdengar suara google maps yang mengarahkan ke suatu tempat. Jujur, aku tidak tahu daerah Jakarta. Selama pindah ke sini, aku sama sekali tidak keluar rumah selain urusan sekolah.
Melvin memarkirkan mobilnya ketika ada petugas parkir yang mengarahkan. Aku sedikit melihat sebuah taman bunga yang membentang luas, sepertinya ini bukan di Jakarta. Suasananya seperti di Bandung.
"Vin, ini kita di mana? Kok tempatnya nggak asing, ya?"
"Kamu lupa sama tempat ini, Nad?"
Aku langsung turun dari mobil Melvin, lalu berlari ke arah taman bungan itu. Tidak salah lagi, tempat ini sering aku datangi bersama Melvin.
"Vin," panggilku dengan mata yang berkaca-kaca lalu menoleh ke arah Melvin.
Dia mengangguk, seolah menjawab pertanyaanku. Sebelum pindah ke Jakarta, aku dan Melvin sering menghabiskan waktu bersama di sini.
Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Melvin. Mataku langsung tertuju ke tempat es krim langgananku, Melvin sangat tahu apa yang mengembalikan mood ku menjadi bagus.
"Mang, mau es krim coklatnya dua, ya."
"Eh, Kang Melvin, tumben mesennya dua. Loh, ada Neng Nada juga, apa kabar, Neng?"
"Baik, Mang. Jangan lupa es krim nya, ya."
"Atih, siap, Neng. Apa sih yang nggak buat Neng Nada. Btw teh, Neng Nada makin cantik aja, pantes Kang Melvin klepek-klepek.
"Hah?" tanyaku tidak paham, aku menengok ke arah Melvin butuh penjelasan.
"Apaan sih Mamang ini, es krimnya jangan lupa. Melvin tunggu di sana, ya," jawab Melvin lalu menuntunku ke tempat biasa kami duduki dulu.
"Jangan dipikirin sama ucapan Mang Didi," kata Melvin ketika kami sudah duduk.
"Iya," jawabku singkat.
Tidak ada yang bersuara lagi, sampai akhirnya aku memutuskan untuk berbicara.
"Tempat ini nggak berubah, ya, Vin. Masih cantik kayak dulu," kataku sembari melihat sekeliling taman ini.
"Iya, sama kayak kamu, Nad, cantik."
Aku dan Melvin saling tatap. Entah kenapa, pandangan Melvin seperti seseorang yang menemukan dambaan hatinya. Matanya berbinar-binar menatapku, apa Melvin cinta denganku?
Aishh, kamu berharap apa sih, Nad, dari Melvin. Kamu itu nggak pantes dengan Melvin yang terlihat sempurna. Jangan terlalu berharap, Nad. Ingat, cinta kamu sudah habis ke Rama.
Melvin mengenggam tanganku. Dia merapikan rambutku yang sedikit berantakan akibat terpaan angin.
"Nad, kamu masih cantik, bahkan tambah cantik dengan sikap dewasamu. Nad, perasaanku tidak berubah semenjak kamu pergi, aku selalu menunggumu untuk datang, tapi kenyataannya kamu tidak pernah datang lagi. Tapi itu tidak membuatku menyerah, berbagai cara aku lakukan untuk menjemputmu. Aku nggak bisa tanpa kamu, Nad. Cintaku udah habis buat kamu."
Deg.
Apa-apaan ini. Melvin menyatakan perasaannya kepadaku. Tidak ada kebohongan di tatapan matanya. Bagaimana ini, aku harus apa? Aku mencintai Rama, tapi di satu sisi aku dicintai hebat oleh Melvin.
"Vin ... "
***
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status
Teen FictionCERITA INI MENGGUNAKAN ALUR MUNDUR, YA, TEMAN-TEMAN!! SELAMAT MEMBACA! "Dari awal memang salahku, mencintai seseorang yang memang tidak menginginkan untuk bersama. Senang pernah bersama mu, mungkin jika ada kehidupan yang kedua kalinya, aku tidak ak...