BAB 2: Dia, Rama Nugraha!

36 4 1
                                    

Dulu, aku pernah jatuh cinta kepada seseorang. Dia yang begitu perhatian setiap waktu. Setiap bertemu bahkan dekat dengannya jantungku berdebar sangat cepat. Aku tidak menyangkal itu.

Dia, Rama Nugraha. Laki-laki yang saat ini masih kucintai. Laki-laki yang mampu menghancurkan tembok hati yang tak bertuan. Lelaki yang mampu menghipnotis dengan sikap perhatiannya.

Mungkin saat itu aku lah perempuan yang paling beruntung diantara yang lain karena berhasil dekat dengan kamu. Tetapi, seiring berjalan waktu, aku mulai ditampar oleh kenyataan yang di mana harus berperang dengan logika.

Harusnya aku sadar lebih awal kalau ini memang salah, tetapi aku bisa apa? Berada di dekatmu adalah hal yang paling nyaman untuk aku yang tidak mempunyai rumah untuk bersandar, meskipun harus terluka setiap saat.

Waktu demi waktu aku harus mengorbankan perasaan ku untuk dirimu. Memang sangat tidak mudah untuk perempuan sepertiku ini mendapatkanmu.

Semuanya masih tentang kamu. Adalah kamu untukku, untuk tempat kesukaanku, untuk duniaku. Semesta terlalu bercanda untuk hal seperti ini.

Jika waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan memilih untuk berada seperti sekarang. Bisa dibilang, bertemu kamu adalah luka sekaligus obat untukku.

Sekarang aku memilih untuk luka, walaupun kamu obatnya, aku tidak akan kembali. Tenang saja, perasaan ini masih sama. Mencintai mu yang mungkin tidak pernah kamu balas.

Mencintaimu memang menyenangkan, tetapi kalau bukan aku yang kamu cintai, lebih baik aku mundur. Tidak ada cinta tanpa dua orang yang mengasihi.

Aku berpikir aku akan berusaha untuk tidak merindukanmu. Tetapi, maaf. Aku tidak bisa biarkan. Aku tetap merindukanmu, meski rinduku tidak kau pedulikan.

Aku dan kamu bisa dikatakan mirip dengan dua garis bilangan. Kamu yang berada di bidang alpha, sedangkan aku di bidang betha. Keduanya terletak pada bidang yang berbeda, yang tidak memiliki titik temu.

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang