"Serindu apapun aku dengan kamu, aku tidak akan kembali mengulang kesalahan yang sama. Aku akan menahan semua rasa sakit ini sampai aku mendapatkan obatnya."
***
"Aaa, anakku sudah datang!!" Begitulah teriakkan dari Mamah Prita ketika aku baru saja turun dari mobil. Sambutan yang hangat dengan pelukan membuatku juga membalasnya. Tubuhku digoyang ke kanan dan ke kiri.
"Prita, sudah, kasihan Nada!" ucap Kakek Marco yang melihatku sedikit terguncang tubuhnya akibat Mamah Prita. Mamah Prita adalah Ibu dari Melvin, sebelum pindah aku sangat dekat dengan Mamah Prita selepas meninggalnya Bunda Salsa.
"Ish, Ayah! Aku kan kangen sama Nada, udah lama nggak ketemu," katanya sambil merengut lalu kembali menggoyangkan tubuhku dengan pelukannya. Aku terkekeh mendengar perkataan Mamah Prita.
"Nggak masalah kok, Kek, Aku juga kangen banget sama Mamah Prita."
"Tuh, dengerin kata Nada. Dia aja nggak masalah, kok, Ayah yang sewot, huh," ucap Mamah Prita lalu melepas pelukannya. "Yuk, kita masuk aja," ucapnya lagi yang langsung merangkul pundakku.
"Kek, sebenernya yang anak kandung itu siapa sih, Aku atau Nada?" Aku mendengar Melvin bertanya ke Kakek.
"Mana Kakek tau, tanya aja sama Mamahmu," jawab Kakek Marco yang juga mengikuti langkahku dan Mamah Prita.
"Loh, kok? Tunggu, Kek, aku butuh penjelasan!" kata Melvin sedikit berteriak sepertinya menghampiri Kakek. Aku bahkan sampai lupa kalau Mamah Prita sedang bercerita.
"Gimana sama kamu, Nad?" tanyanya lalu menuntunku sampai di ruang keluarga. Rumah Kakek Marco memang seluas ini. Rumah yang terdiri dua lantai dan juga halaman yang luas, jangan lupa di belakang rumah Kakek Marco juga memelihara ikan mas. Uh, jadi pengen ke sana.
"Eh, gimana, Mah?" tanyaku yang sedikit kikuk karena tidak mendengarkan omongan Mamah Prita.
"Nah, kan, kamu lagi mikirin apa hayo?"
"Hehe, biasa, Mah. Aku lagi mikirin nanti aku sekolah di mana," alibiku, padahal memang aku tidak mendengarnya.
"Oh, soal itu. Nanti kamu sekolah di tempatnya Melvin. Tenang aja, Kakek Marco bakal ngurusin itu semua. Kamu tinggal duduk manis aja, oke?"
"Siap, Mah," jawabku yang langsung mengacungkan kedua jempolku.
"Oh iya, kemarin Mamah buat cemilan kesukaan kamu. Ini cobain, keripik singkong rasa keju," ucapnya yang mengambil toples besar yang ada di meja tidak jauh dari pandanganku.
"Wah, ternyata Mamah masih ingat kesukaanku," kataku yang langsung membuka toples itu.
"Tentu saja Mamah tau kesukaan anak perempuan Mamah, kamu tunggu di sini, ya, Mamah mau manasin masakan sebentar, sebentar lagi paling Melvin dan Kakek datang. Nggak apa-apa, ya, Mamah tinggal?"
"Nggak apa-apa, Mah, mau aku bantuin?"
"Eh, nggak usah, kamu capek perjalanan jauh. Istirahat aja, mau di sini atau di kamar?"
"Di sini aja, Mah."
"Yaudah, Mamah tinggal ke dapur, ya, kalau mau nonton tv, itu remotnya."
"Oke, Mah."
Aku melihat Mamah Prita berjalan ke arah dapur, lantas aku langsung menyalakan tv dengan remot yang ditunjukkan oleh Mamah Prita.
Aku mencari saluran favoritku. Yap, ketemu juga. Film kartun kesukaanku. Spongebob. Aku menyandarkan tubuhku di sofa sambil memegang toples cemilan kesukaanku. Kapan terakhir aku merasakan ini? Di rumah Ayah, aku sama sekali tidak bisa menonton kartu ln kesukaanku, semua diambil kekuasaan oleh Sarah, kakak tiriku. Dan, sekarang aku bisa melakukan itu, di tempat yang mungkin memang menjadi rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status
Teen FictionCERITA INI MENGGUNAKAN ALUR MUNDUR, YA, TEMAN-TEMAN!! SELAMAT MEMBACA! "Dari awal memang salahku, mencintai seseorang yang memang tidak menginginkan untuk bersama. Senang pernah bersama mu, mungkin jika ada kehidupan yang kedua kalinya, aku tidak ak...