BAB 6: Danau

28 5 2
                                    

Life so hard,
but God sent me Rama

***

Setelah kita berkutat dengan buku. Aku memutuskan untuk pulang, tapi ternyata Rama malah mengajakku untuk pergi ke suatu tempat. Katanya rahasia.

"Kak, ini mau ke mana sih?" tanyaku sedikit teriak. Biasalah seperti orang pada umumnya kalau naik motor pasti bicaranya saling teriak-teriakkan.

"Ikut aja, Nad. Pasti ini tempatnya lo suka," jawabnya.

"Awas ya kalo Kak Rama berani macem-macem sama aku," ancamku.

Rama melirik kaca spion yang terlihat wajahku sedang menatapnya tajam.

"Aman."

Tidak ada pembicaraan lagi, aku menghafal jalan, takutnya Rama membuat hal yang aneh sama aku kan bisa gawat. Tapi, kok lama-lama jalannya mulai sepi. Aku semakin takut, pikiranku mulai tidak jernih.

Baru saja Rama membelokkan motornya ke kanan, aku melihat sebuah danau yang terbentang luas, ketika Rama memberhentikan motornya, aku bergegas turun, berlari di atas rerumputan hijau.

"Wah, Kak, ini cantik sekali," ucapku yang sangat terpesona dengan keindahan alam ini. Kok Rama tahu tempat seindah ini? Apa memang aku yang jarang keluar rumah?

Aku melangkah maju mendekati pinggiran danau untuk memainkan sedikit air di sana. Aku semakin terpesona dengan tempat ini ketika ada dua angsa lewat. Sontak aku langsung berdiri dan berteriak heboh.

"Kak!" panggilku dengan menunjuk ke arah dua angsa itu. Rama hanya mengangguk dan tersenyum kepadaku, dia langsung berdiri di sampingku.

"Gimana? Suka?"

"Suka banget, Kak, angsanya cantik banget."

"Iya, kayak lo."

Aku langsung menoleh, "maksudnya Kak Rama, aku sama kayak angsa?"

"Eh, bukan. Gimana ya, lupain deh," jawabnya yang bingung sambil menggaruk kepalanya. Aku hanya mengangguk, tidak memperpanjang tentang ucapan itu.

Aku  sedikit berjalan ke pinggir danau untuk bermain air. Entah mengapa, rasanya sangat bebas berada di sini. Sangat sejuk untuk dipandang. Saat asik bermain air, tiba-tiba aku kepikiran untuk menjahili Rama yang ada di sampingku sejak tadi. Aku sedikit menoleh ke atas, terlihat Rama yang sedang menatap dia angsa yang berenang di tengah danau. Aku segera menyipratkan air danau itu dari tanganku.

Aku tertawa melihat Rama yang terkejut. "Oh, lo mulai iseng ya, Nad," katanya, dia lalu jongkok untuk membalasku. Sontak aku langsung berdiri untuk berlari. Sialnya, tasku malah dipegang sama dia.

"Hahaha, ampun, Kak," ucapku. Rama tidak berhenti, dia terus menyipratkan air itu ke seragamku, tidak banyak, tapi kalau terus menerus ya semakin basah.

"Makanya jangan iseng," jawabnya sambil melibatkan kedua tangannya di dada.

"Hehehe, pisss." Aku mengacungkan kedua tanganku sebagai tanda damai. Bukannya marah, dia malah mengacak-acak rambutku.

"Kak," rengekku.

"Iya-iya, sini gua rapihin."

Rama mulai merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan. Jarakku sama jaraknya sangat dekat, bahkan napasnya pun terasa di wajahku, aku mendongak, melihat wajahnya. Kenapa dia sangat tampan, ya Tuhan?

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang