BAB 19: Ketahuan Melvin

3 1 1
                                    

Nggak revisi, klo typo tandain aja ya

***

"Nada, besok berangkat bareng Melvin, ya," kata Mamah Prita selepas kami pulang dari rumah temannya.

"Iya, Mah." Begitulah jawabanku saat itu, pandanganku masih terfokus ke jalanan yang mulai ramai, karena hari sudah menjelang malam.

Sekolah baru? Apa aku akan bisa beradaptasi di sana? Bagaimana kalau orang di sana tidak sebaik yang kupikirkan? Dan yang penting, bagaimana aku bisa melupakan kenangan itu?

Sial, lama-lama rinduku semakin besar kepadanya yang bahkan aku sendiri memilih untuk menjauhinya. Saat itu, rasa cintaku masih satu dengan dia. Tidak ada yang lain, atau mungkin bisa berubah. Aku tidak tahu itu. Orang-orang pernah bilang kalau tidak terbiasa dengan suatu hal, pasti akan selalu takut untuk menjalaninya. Ah, mungkin aku termasuk itu.

"Nada, kamu nggak mau turun?"

Eh, kenapa cepat sekali sampainya? Lamunanku terbuyar ketika mendengar perkataan Mamah Prita.

"Iya, Mah."

Aku segera turun dari mobil itu, mengikuti langkah Mamah Prita. "Mah, kayaknya aku langsung ke kamar aja, ya, nggak apa-apa, kan?"

"Iya, Nada. Kalo butuh apa-apa, panggil aja Mamah, ya."

"Iya, Mah."

Tidak ada ikatan keluarga, tetapi merasakan seperti keluarga. Apa boleh kali ini aku seberuntung itu? Bisa dibilang, aku tidak sia-sia untuk mengikuti perintah Kakek Marco meskipun rasa sakit hatiku masih tertanam jauh di hati.

Aku segera menaiki anak tangga untuk menuju kamarku. Aku melihat pintu kamar Melvin terbuka sedikit, apa Melvin sudah pulang? Aku berjalan ke kamar Melvin untuk menutup pintu kamarnya, namun hidungku menahannya.

Aroma segar dari parfum milik Melvin menusuk indera penciumanku. Perlahan aku membuka pintu kamarnya, wangi yang begitu menenangkan membuatku berbaring di kasur dengan tiba-tiba.

Aku memejamkan mata, menikmatin wangi ini. Tidak disangka, aku mendengar suara air yang mengalir dari kamar mandi. Waktu itu aku berpikir kran di kamar mandi Melvin bocor, tetapi aku salah. Aku mendapati knop pintu ingin terbuka dari dalam. Mengetahui itu aku terkejut bukan main, aku langsung mengumpat di samping lemari.

Untung saja di samping lemari ini punya jarak dengan tembok, sehingga tubuhku yang bisa dibilang kecil ini bisa mengumpat.

Aku menahan napas ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Ternyata Melvin ingin mengambil bajunya di lemari.

Kesialanku bukan hanya itu saja, saat kondisi sedang aman. Baru saja aku ingin melangkah keluar, tiba-tiba ada hewan berwarna cokelat terbang lalu berhenti di tanganku.

"AAAAA, KECOAAAAAA!"

Rasa panik setengah mati. Bagaimana tidak, hewan itu tiba-tiba saja datang tanpa diundang.

Aku mencoba untuk membersihkan diriku yang sedang ketakutan saat itu, lalu bertubrukkan dengan tubuh Melvin. Astaga, aku lupa kalau aku sedang berada di kamarnya. Aku sangat yakin dia sendiri terkejut dengan keberadaanku.

Hubungan Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang