"Hah?" Aku terpaku saat mendengar kata-kata Elizabeth.
"Iya! Papa mau buat restoran yang gedeeee..." Elizabeth menatapku dengan mata yang berbinar-binar sambil membuat lingkaran di atas kertasnya menggunakan krayon berwarna merah "...banget" sambungnya.
"Restoran?"
"Iya! Terus mau buat banyak hewan!" Ucap Evan dengan menggebu-gebu "Itulah mengapa Ayah sering kerja di ruang kerjanya! Terus sering meeting bareng om Henry!"
E- yang benar saja?!
Aku menatap sekilas ke arah William yang sedang berbicara dengan Henry melalui telefon.
"Ya.... Tapi kata Papa cuma rencana aja, sih" Ucap Elizabeth diikuti anggukan kepala Evan.
".......Oh, baguslah" Aku menatap ke arah William secara sekilas lalu menghela nafas.
Masa baru aja gw sehari di sini udah mulai... Aku menatap ke arah Elizabeth dan Evan.
?!
Sekilas aku melihat bayangan Elizabeth dan Evan. Elizabeth yang tersenyum ke arahku dengan baju pink khasnya yang basah oleh darah. Sedangkan Evan yang menatapku dengan kosong, kepalanya yang bocor ditutupi oleh perban berwarna putih tulang, ia memegang boneka Fredbear pemberian William.
"Hank?"
Aku tersentak, melihat ke arah Evan dan Elizabeth lagi. Penampilan mereka sudah kembali normal. Aku menghela nafas lega.
"Hank? Kenapa?" Elizabeth menatapku dengan khawatir "Hank demam?" tanyanya lagi.
"Uh... enggak, aku gak papa kok, Kak. Cuma kelilipan :D"
Elizabeth mematung lalu senyum gembira muncul di wajahnya, ia melompat lompat kegirangan di atas lantai, rambutnya yang berwarna ginger menjadi berantakan karenanya.
"YIPPIE!! Aku dipanggil Kakak!" Elizabeth terus melanjutkan kegiatan lompat-melompatnya tanpa memedulikan Evan dan William yang menatapnya dengan tanda tanya. Elizabeth langsung berlari ke arah William.
"Papa tadi denger nggak? Aku dipanggil Kakak, loh!!!" Ucapnya dengan menggebu-gebu, membuat William bingung, berusaha mencerna apa yang dikatakan anaknya barusan. "Mmm.. ya? Baguslah," Ucap William sambil mengelus pelan kepala Elizabeth. "Berusahalah menjadi Kakak yang baik, oke?" ucapnya lagi. Elizabeth yang senang karena kepalanya dielus langsung kembali melompat-lompat gembira di atas lantai "Okay!" Ucapnya dengan nada ceria.
Aku dan Evan saling bertatapan. Evan membuka mulutnya "Mmm... Kak Elizabeth memang begitu sifatnya, kelewat ceria. Apalagi kalau misalnya dinotis Ayah..."
Aku hanya mengangguk sekilas saat mendengarnya lalu menatap Elizabeth yang masih melompat lompat di atas lantai.
Dipikir-pikir lagi aku memang tidak tau apa-apa soal mereka, hanya bisa mengira-ngira dari fanfic yang ku baca diWattpad semasa aku belum berada disini.
"Hmm..."
Aku berpikir sambil mencorat-coret buku tulisku dengan berbagai coretan yang tidak jelas, aku melihat sekilas ke arah Evan yang sudah tertidur nyenyak di sampingku, kelihatan damai sekali. Aku kembali menekan bolpoinku lalu mencorat coret buku tulisku lagi.
Gimana kalau aku menyelamatkan mereka? Maksudku, menyelamatkan Elizabeth dari Circus Baby, Evan dari Freddy dan abangnya, William...
Aku terdiam sejenak... Yo... Ngapain diselamatin? Antagonis mah mati aja. Aku mencoret nama William dari buku tulisku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke dunia yang tidak aku inginkan AU FNAF by Numi_Cakep / HCheese
Fiksi PenggemarApa yang terjadi kalau kamu tiba tiba pindah server ke game FNAF? Inilah yang dialami oleh Numi, perempuan biasa saja yang berumur 14 tahun, tiba-tiba dilempar ke game FNAF sama author-nya yang kurang kerjaan. "Astogeh, perasaan hidup gw baik-baik...