ENDING 1 [Ghost]

23 4 0
                                    

Dipikir-pikir sudah lama aku tidak melihat screen ini... Baru ketemu langsung dihadapkan pilihan sulit, ya? Tipikal sistem :v

Kembali? Tentu saja! Terlalu mengerikan berada di dimensi ini, dan namaku Afton, pasti bakal ketimpa masalah, nih.


Ping!

YA

[Kamu mempunyai waktu sehari untuk berpisah dengan keluargamu! Silahkan gunakan waktumu sebaik mungkin! :D]

Iya juga, Aku harus memberi salam perpisahan. Tapi dipikir-pikir lagi memang butuh? Siapa tahu yang modelan amnesia gitu, kan? Kok gak adil banget, yak? Jadinya gw yang kangen sendiri, nih -_-


"NUMI!!!!"

Evan tiba-tiba melompat ke arah ranjang rumah sakit, tidak sengaja menginjak bagian tanganku yang diinfus.

wadidaw tangan gw sakit bgt AAAGGGHHHHH!!! //Berteriak dalam diam

"Udah, sih, Evan. Aku gak mati atau mati suri kok-"

"PARAH BANGET SIH PEMBUNUH ITU! MATA NUMI JADI BUTA, NIH!" jeritnya.

Sekedar info, Evan tidak tahu kalau yang membuat mataku hilang adalah ayahnya sendiri, demi kebaikan dia, tidak kami kasih tahu karena dia masih terlalu kecil, di mata Clara.

Aku mengelus-elus kepala Evan, "Jangan berisik Evan, kita di rumah sakit, lho"

"Oh, iya! Evan lupa!" Evan buru-buru menutup mulutnya, ia perlahan turun dari kasur lalu melihat sekeliling, "Parah banget ayah, masa enggak jenguk Numi"

"..."

"Yah, palingan ngobrol sama om Henry juga, kan? Karena ini bisnis ayah sama om Henry" Evan menyengir padaku.

Kadang ke-tidak tahuan adalah berkah, ya? Hufft... Jadi iri.


"Numi!!!"

Suzie mendobrak pintu kamarku lalu berlari ke arahku dan menghela nafas lega, "Huahh!!! Syukurlah! Ku kira kamu meninggal! Semua khawatir, loh! Saat Cassidy dan kamu tidak muncul-muncul di vent! Pikiran kami sudah kemana-mana!" Ucapnya dengan menggebu-gebu, "Ungtunglah pria itu sudah ditangkap, ya-" ucapannya terhenti saat melihat mata kiriku yang ditutupi perban.

"Uuh... Jadi... Kamu kehilangan matamu?" Jeremy yang menyusul dari pintu, muncul di belakang Suzie.

"Cuma satu, untung gak dua-duanya" Aku tersenyum pada mereka berdua, "Kalian gak pulang, kah? Dah malem, lho" aku menatap jendela yang menunjukkan langit gelap.

"Huh, aku ngotot gak bakal pulang kalau Numi belum bangun, huahaha!" Suzie tertawa jumawa, "Terus cowok bertopeng di lorong kelihatan menyedihkan banget, dia murung terus daritadi. Kalau gak salah, aku lihat Elizabeth juga"

"Oi, kau diajarin ngomong gitu sama siapa? Cassidy, ya?" Jeremy menyenggol pelan bahu Suzie, "Cowok itu abangnya Numi, tahu", bisiknya pelan.

"Wih? Betulan??? M-Maaf Numi!!!" Suzie menunduk berkali-kali, sedangkan Jeremy menggelengkan kepala melihat tingkah laku temannya itu.

Murung? Pasti cowok itu merasa hancur dan terkhianati, lelaki panutannya itu ternyata pembunuh, sama seperti Elizabeth, perasaan mereka seperti benang yang kusut dan tak bisa diuraikan lagi. Hahh... Pria yang mereka banggakan ke seantero komplek.


-


Esoknya, Cassidy datang dan meminta maaf padaku, ia mengira ia sudah menghambat kami untuk melarikan diri, kalau saja dia tidak bersikeras untuk tetap berada di sana pasti aku tidak akan kehilangan sebelah mataku, katanya. Aku terkekeh pelan, dan memintanya untuk melupakan itu semua.

Transmigrasi ke dunia yang tidak aku inginkan  AU FNAF by Numi_Cakep / HCheeseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang