26 : Rumah Sakit

942 167 95
                                    

"Jen? Sebelah sini Jen!" Dengan buru-buru Jisoo nunjuk sebuah lift yang berada nggak jauh dari bagian administrasi rumah sakit.

Tadi setelah mereka nanya-nanya, ternyata ruang inap Naka itu berada di lantai 4. Sebenernya Jennie masih kesel sama pacarnya itu. Karna dia kayak menyepelekan banget yang namanya 'kecelakaan'. Terus dengan entengnya dia bilang kalo dia cuman lecet-lecet doang sama patah tulang. Kalo udah patah mah, berarti kondisi dia lumayan parah 'kan?

Emang minta di jewer si Naka itu.

Tapi walaupun Jennie kesel, rasa khawatirnya jauh lebih kentara. Apalagi pas tau kalo sebelumnya Naka sempat kritis dan di rawat di ruang ICU.

"Ini nggak sih kamarnya?" tanya Jennie sambil memperhatikan angka 104 yang di tempel di sebuah pintu.

"Iya, coba ketok."

Mengetuk pintu itu beberapa kali, Jennie pun menyebutkan kata permisi. Kemudian dia dan Jisoo masuk ke dalam sambil membawa buah tangan berupa kue, buah-buahan dan bunga. Setelah di lihat, ternyata ranjang di dalamnya tertutupi oleh tirai.

Jennie nggak mau buka dulu, dia takut salah orang.

"Naka?" Jennie nyoba buat memanggil.

Tapi bukannya menyahut, Naka malah mengobrol sama seseorang. "Jim, siapa tuh?"

"Lah, mana gua tau, Nyet."

"Tapi cakep ya, suaranya?"

"Kayak siapa?"

"Kayak pacar gue."

"Idih, najis!"

"Tapi bener tau, Jim. Pacar gue nggak mukanya, nggak suaranya, semua cakep! IYA KAN, SAYANG?!" tanya nya setengah berteriak.

Jennie pun menghela napas berat sebelum dia bergerak membuka tirai. Dan ketika Jennie muncul, di situlah Naka berkata, "Nah kan, Jim. Cakep."

"Iya, terserah lu dah." ucap Jimmy sambil berdiri dari kursi. "Duduk di sini aja, Jen. Temenin nih si pecinta nomor satu lo. Dari kemaren dia ngomongin lo mulu. Capek bener gue dengernya."

Mendengar penjelasan Jimmy itu, Jennie pun melirik Tanaka sejenak. Rupanya bahu kanannya terluka dan tangannya memakai penyangga. Di pelipisnya juga terdapat bekas luka yang terlihat samar-samar.

"Ini yang katanya nggak kenapa-kenapa?"

"...."

"Wah, sini lo temennya Naka!" ucap Jisoo sambil menarik tangan Jimmy. "Kalo opening nya udah kayak gitu pasti ujungnya terjadi perang dunia ketiga. Kita keluar aja."

Mereka berdua pun keluar dari ruangan itu untuk memberi Naka dan Jennie waktu berbicara berdua.

"Ya, tapi beneran udah gapapa kok, Jen. Nih luka aku udah mulai kering semua. Besok lusa aku juga udah boleh balik kok. Paling tinggal tangan yang patah ini aja yang masih dalam proses pemulihan."

Jennie cuman diem nggak nanggepin.

"Kamu jangan cemberut kayak gitu dong. Masa sekalinya ketemu sama aku, kamu marah-marah sih?"

"Ya, kamunya juga nyebelin! Kamu kecelakaan parah, tapi kamu baru ngasih tau aku seminggu kemudian! Kalau pun hp kamu rusak, kamu 'kan bisa minta tolong orang lain untuk ngabarin ke aku! Tapi kamu nggak ngelakuin itu 'kan? Kamu lebih suka aku mikir aneh-aneh dari pada ngasih tau aku lebih awal!"

"Sayang, aku cuman nggak mau nambahin beban pikiran kamu. Terakhir kali kita komunikasi, kamu bilang kamu mau ujian lisan 'kan? Aku tau betapa stress nya kamu tiap kali ujian udah dateng. Kalo aku ngasih tau kamu di hari aku kecelakaan, kamu pasti bakal kesini tanpa pikir panjang. Aku udah mikirin semuanya. Aku juga kebayang kalo kamu udah capek-capek belajar, udah capek-capek ngehafal, giliran udah mau ujian, pacar kamu malah kecelakaan. Pikiran kamu pasti bakal kacau banget pas tau hal itu. Makanya aku nggak mau ngasih tau kamu. Jujur aja, aku lebih suka kamu mikirin aku selingkuh daripada kamu ngekhawatirin hidup dan mati aku, Jennira."

Hey, My Lovely Ex! (TN ft. BLACKVELVET + BOYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang